Jumat, 22 November 2024

BMKG: Megathrust Selat Sunda Patut Diwaspadai

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Gempa bumi magnitudo yang mengguncang Banten, Jawa Barat, Jumat (14/1/2022). Foto: BMKG

Daryono Koordinator Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan, segmen megathrust Selat Sunda merupakan salah satu zona seismik gap di Indonesia yang selama ratusan tahun belum terjadi gempa besar, sehingga patut diwaspadai.

“Gempa Ujung Kulon, Banten kemarin sebenarnya bukan ancaman sesungguhnya. Karena segmen megathrust Selat Sunda mampu memicu gempa dengan magnitudo tertarget mencapai 8,7 dan ini bisa terjadi sewaktu-waktu. Inilah ancaman yang sesungguhnya,” kata Daryono sebagaimana dilansir Antara, Sabtu (15/1/2022).

Baca juga: Guncangan Keras Gempa Banten Terasa di Gedung Bertingkat Wilayah Jakarta dan Sekitarnya

Dia mengatakan, sampai saat ini belum ada teknologi yang bisa memprediksi kapan gempa terjadi. Dengan kondisi ratusan tahun belum terjadi gempa besar di Selat Sunda, dia tegaskan lagi itu patut diwaspadai. Karena berada di antara dua lokasi gempa besar yang merusak dan memicu tsunami, yaitu Gempa Pangandaran magnitudo 7,7 pada 2006 dan Gempa Bengkulu magnitudo 8,5 pada 2007.

Berdasarkan catatan sejarah gempa dan tsunami yang dilansir Antara, di wilayah Selat Sunda memang sering terjadi tsunami. Tercatat Tsunami Selat Sunda terjadi pada 1722 silam, kemudian pada 1852, serta pada 1958, yang semua disebabkan gempa.

Baca juga: Sejumlah Rumah Warga di Pandeglang Rusak Akibat Gempa Banten

Kemudian, Tsunami yang berkaitan dengan erupsi Gunung Krakatau berdasarkan catatan sejarah terjadi pada 416 silam, kemudian pada 1883, pada 1928, serta pada 2018 lalu. Selain itu tsunami yang terjadi pada 1851, 1883, dan 1889 dipicu aktivitas longsoran.

Baca juga: Gempa Susulan Pandeglang Banten Terjadi Lima Kali

Daryono mengatakan, gempa kuat dan tsunami adalah proses alam yang tidak dapat dihentikan, bahkan memprediksi kapan terjadinya pun juga belum bisa.

“Namun, dalam ketidakpastian kapan terjadinya itu kita masih bisa menyiapkan upaya mitigasi konkret seperti membangun bangunan tahan gempa, memodelkan bahaya gempa dan tsunami, kemudian menjadikan model ini sebagai acuan mitigasi,” katanya.

Dia juga menekankan perlunya perencanaan wilayah berbasis risiko gempa dan tsunami, menyiapkan jalur evakusi, memasang rambu evakuasi, membangun tempat evakuasi, berlatih evakuasi/drill secara berkala, termasuk edukasi evakuasi mandiri. Selain itu, BMKG juga akan terus meningkatkan performa peringatan dini tsunami lebih cepat dan akurat.(ant/tin/den)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
36o
Kurs