Sabtu, 23 November 2024

BMKG: Konsep Bangunan yang Buruk Perparah Dampak Gempa Bumi

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Ilustrasi - Warga melihat kondisi rumah yang rusak akibat gempa di Kadu Agung Timur, Lebak, Banten, Jumat (14/1/2022). Foto: Antara

Dwikorita Karnawati Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan konsep bangunan dan tata ruang kawasan permukiman yang buruk menjadi bukti masyarakat belum siap hadapi bencana.

“Bukan gempa bumi yang mengakibatkan korban jiwa maupun luka-luka dalam setiap kejadian. Tapi akibat tertimpa bangunan,” kata Dwikorita dalam keterangan tertulis BMKG dikutip Antara, Sabtu (29/1/2022).

Baca juga: Sejumlah Rumah Warga di Pandeglang Rusak Akibat Gempa Banten

Dwikorita menyebutkan adanya dinamika kegempaan tak menentu yang ditambah dengan tata ruang permukiman yang tidak dirancang dengan baik dan adaptif terhadap bencana, dapat memperburuk kondisi pada masyarakat akibat dampak gempa bumi.

Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan BMKG, penyebab runtuhnya bangunan selain letak lokasi yang berada di atas lapisan tanah dengan klasifikasi tanah lunak (SE) adalah konstruksi bangunan yang tidak memenuhi standar tahan terhadap gempa bumi.

Seperti contoh pada saat terjadinya gempa Magnitudo 6,6 di Kabupaten Pandeglang, Banten pada Jumat (14/1/2022) lalu. Kerusakan bangunan di tempat kejadian dapat dikatakan cukup parah.

Kerusakan pada banyak bangunan itu kemudian diperparah dengan kepanikan masyarakat karena kurangnya ilmu pengetahuan dan keterampilan mengantisipasi dan menghadapi bencana.

Baca juga: Gempa Magnitudo 4,1 Berpusat di Tenggara Bangkalan Getarkan Surabaya

Menurutnya, realitas itu telah membuktikan bahwa Indonesia belum siap menghadapi gempa besar yang sewaktu-waktu bisa terjadi. Sehingga diperlukan perencanaan dan konsep pembangunan yang diperhitungkan baik secara potensi risikonya, dampak akibat serta bahaya bencana itu di suatu wilayah.

“Gambaran sikap masyarakat yang panik, membawa pesan tersendiri khususnya bagi para stakeholder, para asosiasi profesi bangunan dan kementerian lembaga terkait, terkait perlunya pemahaman kewilayahan terutama yang berpotensi menjadi wilayah terdampak,” tegas dia.

Dwikorita mendapati, bila dalam usaha membangun kewaspadaan, kesiapsiagaan dan melakukan mitigasi secara struktural maupun kultural terhadap bencana gempa bumi dan tsunami pada masyarakat, perlu terus ditingkatkan melalui partisipasi aktif dari hubungan pentahelix semua pihak.(ant/dfn/den)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs