Jumat, 22 November 2024

Atasi Limbah Rumah Tangga, Pakar Setuju IPAL Komunal Diperbanyak

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal di Surabaya. Foto: Diskominfo Surabaya

Fenomena sungai Kalidami yang dipenuhi dengan limbah busa, pada Selasa (4/8/2022) lalu, membuat Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya berencana akan memperbanyak Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal (Campuran) di Kota Pahlawan.

Langkah tersebut diambil, seiring dengan banyaknya limbah rumah tangga yang belum terkelola secara tepat, sehingga berungkali menimbulkan dampak limbah busa.

Menanggapi langkah yang akan diambil oleh Pemkot Surabaya tersebut, Eddy Setiadi Soedjono Dosen Teknologi Pengolahan Air Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, menilai bahwa hal itu sudah sangat tepat. “Kalau Pemkot ingin melakukan pengolahan limbah air rumah tangga melalui IPAL Komunal, sudah benar. Meski memang ada beberapa kelebihan dan kekurangannya,” tukasnya pada Radio Suara Surabaya, Kamis (4/8/2022).

Kelebihannya, sebagai strategi jangka panjang, rencana menambahan IPAL Komunal di Surabaya, kata Eddy, sangat tepat, sesuai dengan kebutuhan warga kota Surabaya.

Mulai dari air limbah hasil mencuci hingga air tinja dari kloset, kata Eddy dapat mencemari sungai. “Penduduk Jawa Timur jumlahnya 40 juta jiwa, hampir 50 persen penduduk di sekitaran aliran sungai Brantas, tidak satu pun yang tidak pakai sabun. Kalau ada hujan, semua pasti masuk ke sungai brantas,” jelasnya.

Sementara untuk kekurangannya, Eddy menjelaskan soal pembiayaan pembangunan. Menurut peraturan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), satu IPAL Komunal memiliki skala  atau daya tampung untuk satu RT saja. Sedangkan Surabaya memiliki pemukiman dengan total 9.000 RT .

Seharusnya Surabaya membutuhkan total 9.000 IPAL Komunal,  agar pengolahan limbah tersebut bisa berjalan secara efektif. Sedangkan untuk harga satu IPAL Komunal, bisa mencapai Rp1 miliar sehingga tidak menutup kemungkinan akan memberatkan APBN.

Dosen ITS itu juga mengatakan, bahwa masih ada solusi alternatif yang bisa dilakukan untuk mengatasi limbah rumah tangga tersebut dengan biaya yang lebih murah, yaitu dengan menggunakan septi tank ber-SNI.

“Paling mudah dan mudah pakai septi tank ber-SNI tadi. Air mandi, air cuci, air dapur saluran dijadikan satu dengan septi tank. Tiga tahun sekali hari dikuras. Selain itu tidak cukup hanya merubah perilaku, tapi harus ada regulasi lingkungan yang jelas dan tegas,” tukasnya.

Sementara itu, dalam kesempatan yang sama, Arief Wisnu Cahyono, Direktur Utama PDAM Surya Sembada Kota Surabaya pada Radio Suara Surabaya mengatakan, faktor biaya harus menjadi pertimbangan utama dalam penanganan limbah.

“Kita sedang mempersiapkan itu, karena biayanya sangat mahal. Sekarang, minimal kita harus bisa memisahkan antara limbah minyak, sisa makanan, dan lainnya,” jelasnya.

Pengolahan Limbah yang dilakukan secara bersama-sama, kata Wisnu akan sangat membantu PDAM. Karena kualitas air sungai yang bersih akan mendukung PDAM Surabaya dalam penyediaan air bersih untuk kota Surabaya. (ris/bil/rst)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs