Aktivis lingkungan hidup Extinction Rebellion (XR) dan pegiat seni Ludruk Nom-Noman Tjap Arek Suroboyo (Luntas), Sabtu (22/10/2022) malam, mengadakan pagelaran ludruk krisis iklim dalam acara Climate Artivism di Unicorn Creative Space Surabaya.
Rosiy koordinator Extinction Rebellion Indonesia, mengatakan bahwa ludrukan tesebut diadakan sebagai media untuk menyampaikan pesan kepada khalayak.
“Sebuah kampanye lingkungan untuk orang-orang agar tahu bahwa bumi kita sedang tidak baik-baik saja,” ucapnya.
Dalam kesempatan itu, ia juga mengatakan bahwa saat ini untuk bisa menyampaikan aspirasi dan kampanye bukan hanya melalui aksi demonstrasi, melainkan bisa juga melalui kegiatan kreatif seperti seni dan kebudayaan. Dia berharap, melalui acara kolaborasi itu masyarakat dapat paham dan waspada dengan bahaya krisis iklim.
Sementara itu, Robets Bayoned sutradara sekaligus pemain ludruk krisis iklim mengatakan bahwa ludruk menjadi alat perjuangan untuk melakukan perlawanan.
“Ludruk adalah pertunjukan kesenian rakyat kecil yang diangkat dari kehidupan rakyat itu sendiri,” ucapnya sebelum melangsungkan aksi seninya di atas panggung.
Ia juga mengatakan, selain babad alas yang ditampilkan, isu krisis iklim yang sedang berkembang juga dimasukan dalam pertunjukan seninya.
Menurutnya, perusakan alam seperti penggundulan hutan dan membuang sampah sembarangan harus benar-benar dihentikan. Karena, jika perilaku itu tetap dilakukan dampaknya akan luas dan mengakibatkan bencana.
Robert berharap dari kolaborasi kesenian dengan gerakan lingkungan itu, membuat ludruk dan alam dapat terjaga dengan baik serta tidak ada lagi perusakan terhadap bumi. (ris/bil/iss)