Penularan virus penyakit kuku dan mulut (PMK) pada hewan ternak berkuku belah harus segera diantisipasi, mengingat saat ini penyebarannya sudah cukup masih di enam wilayah di Indonesia.
Menanggapi hal tersebut, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (Unair) menggelar diskusi publik untuk para peternak dan dokter hewan untuk meminimalisir penularan, yang digelar secara online, pada Rabu (11/5/2022) malam.
Prof. dr Fedik Abdul Divisi Mikrobiologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga menyampaikan, hewan yang terserang PMK biasanya mengalami demam 41 derajat celcius selama dua sampai tiga hari.
“Pembengkakan limfoglandula mandibularis dan yang jelas adalah hipersalivasi lalu keluar lendir dari bagian hidung dan mulut,” terangnya .
Vesikel atau lepuhan di sekitar mulut, moncong hidung, lidah dan gusi juga disebut dr. Fedik sebagai gejala spesifik PMK pada hewan ternak.
Dalam diskusi Publik ini, dr. Fedik juga mengkritisi praktek importisasi hewan ternak dari negara lain yang belum bebas PMK. Karena praktek ini berpeluang membuat hewan ternak kembali terinfeksi, setelah pada tahun 1990 Indonesia dinyatakan bebas PMK oleh Office International des Epizooties (OIE)
“Hewan-hewan dari luar (negeri) yang tertular harus di stamping out (dimuskahkan). Kalau ini kita adopsi, muncul Collateral effect,” kata Prof. dr Fedik dalam diskusi publik yang digelar secara online pada Rabu (11/5/2022).
Selain itu, dirinya juga berpesan pada para peternak untuk melakukan penyemprotan desinfektan di kandang dan vaksinasi sesuai stereotipe si hewan ternak.
“Pembatasan pergerakan hewan dari desa ke desa, daerah ke daerah sementara harus lebih diperketat, untuk meminimalisir penularan,” imbuhnya.
Menurut Fedik, penularan virus ini dapat terjadi melalui wol, rambut, rumput, udara dan jerami. Selain itu lumpur atau kotoran yang menempel pada alas kaki, pakaian dan peralatan ternak juga bisa jadi media penularannya.
Selain itu, penularan juga bisa melalui inseminator (penyuntikan semen beku atau sperma ternak ke tubuh sapi betina), serta air yang terkontaminasi dan kontak langsung saat pemerahan susu.
Sebagai solusi jangka pendek, hewan ternak yang terinfeksi bisa diberikan antibiotik, antipyretic, vesicle treatmen dan vitamin C.
Fedik menambahkan, mengingat sebentar lagi akan menginjak Hari Raya Idul Adha, penyebaran virus PMK harus secepatnya bisa dikendalikan.
“Semoga kasus PMK pada hewan ternak bisa segera melandai. Apalagi sebentar lagi akan menginjak Idul Adha,” ujarnya.
Sementara itu, Prof. dr Mustofa Helmy Efendi Divisi Kesehatan Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Unair menegaskan produk susu dan daging hewan yang tekena virus PMK tetap aman untuk dikonsumsi.
“Virus PMK ini memang sangat menular untuk hewan berkuku belah. Tapi dagingnya aman dikonsumsi dan tidak menyebabkan penularan. Sangat jarang menular pada manusia. Baik daging, jeroan dan produk susu nya aman dikonsumsi,” jelasnya.
Sementara itu, lanjut Mustofa Helmy, untuk memastikan daging benar-benar aman untuk di konsumsi, produk makanan dari hewan ternak harus dimasak dengan matang.
“Virus itu akan mati pada suhu diatas 70 derajat celcius,” pungkasnya. (tha/bil/rst)