Demi membangkitkan kembali Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Desainer Jawa Timur, organisasi Etnura menggelar acara fashion show di Surabaya. Selain ingin memperkenalkan beragam ethnic nusantara ke khalayak, Etnura juga mengajak anak disabilitas menjadi model dalam acara tersebut.
Setelah dua tahun pandemi melanda Indonesia, hari ini, Jumat (18/3/2022), Etnura mengajak 82 desainer dari berbagai wilayah di Indonesia untuk berkarya memakai wastra nusantara (kain tradisional dari berbagai penjuru di Indonesia). Mulai dari desainer senior, junior, hingga pemula.
Imam Mustafa, Ketua Panitia acara Ethnic Nusantara Fashion Festival mengatakan, acara ini digelar untuk memperingati ulang tahun kedua Etnura yang ingin menjunjung visi misi.
“Ingin menonjolkan visi misi yaitu memperkenalkan ethnic nusantara kepada khalayak. Saya berharap bisa memajukan wastra Indonesia dengan cara masing-masing,” kata Imam, saat konferensi pers di Ballroom Shangri-La Hotel Surabaya.
Karya-karya dari para desainer ini akan diperagakan oleh sejumlah model di atas panggung. 12 model diantaranya merupakan disabilitas, dengan beragam kebutuhan khusus.
Liliek Noer, Penasihat Etnura mengatakan, tujuan mengajak anak-anak disabilitas adalah membuktikan bahwa setiap manusia yang memiliki kekurangan pasti dilengkapi dengan kelebihan.
“Disabilitas ini, meski ada kekurangan tapi ada kelebihan. Sudah dididik Tekno (Tekno Wirayudo, salah satu Founder Etnura) terus ditampilkan. Ada sekolah disabilitas gratis (untuk mereka). Mereka tidak beda dan harus bahagia seperti kita,” ungkap Liliek.
Siti Nur Rahmawati, pemilik UKM Batik Tulis Dika asal Sumenep juga mengaku senang berkesempatan menjadi satu-satunya perwakilan dari Sumenep untuk mengikuti acara Ethnic Nusantara Fashion Festival. Usaha yang dirintisnya sejak 2014 selalu dijalani dengan yakin akan sukses. Bahkan kainnya juga turut digunakan oleh para model dalam fashion show.
“Prospek batik setahu saya banyak diminati, yang batik tulis asli. Sambil ingin mengenalkan budaya-budaya leluhur di desa saya Pakandangan, leluhur-leluhur kami ini mengerjakan batik tulis. Nantinya takut punah,” ungkap Wati.
Dengan penerapan protokol kesehatan secara ketat, acara ini diadakan di Ballroom Shangri-La Hotel Surabaya, dalam dua sesi. Sesi pertama pukul 14.00-17.00 WIB. Dilanjutkan sesi kedua pukul 18.00-21.30 WIB. (faz)