Tim dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya (Unesa) mengembangkan mesin pendingin biji Kopi Ledug yang dibudidayakan dan diproduksi Gapoktan Mitra Karya Tani di daerah lembah, kawasan Ledug, Prigen, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur.
Tim yang terdiri dari Setya Chendra Wibawa, S.Pd., M.T., Dwiarko Nugrohoseno, S.Psi., M.M dan Dyah Riandadari, S.T., M.T., itu merancang mesing tempering melalui Program Kemitraan Masyarakat yang didanai Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Anggaran 2021.
Kelebihan mesin ini, yakni proses pendinginan biji kopi lebih cepat, hanya sekitar 45 menit. Sebelumnya memakan waktu sampai 75 menit.
Mesin itu memiliki kapasitas sekitar 280 kg dan berbeda jauh dari kapasitas sebelumnya yakni hanya sekitar 100-125 kg saja.
Dengan adanya mesin ini, diharapkan dapat meminimalisir jumlah biji kopi yang mengalami kerusakan akibat proses penggorengan yang tidak merata dan pendinginan yang masih manual. Jumlah kerusakannya lumayan, yakni bisa 5-6 kg per hari. Jika dirupiahkan, biji kopi yang rusak berkisar Rp600 ribu-Rp700 ribu.
Kemudian dari sisi manajemen pemasaran, upaya mitra juga belum optimal dan cenderung berbasis informasi dari mulut ke mulut. Karena itulah, Unesa melakukan rancang bangun, beri pelatihan dan pendampingan sistem dan media pemasaran produk dengan memanfaatkan teknologi digital seperti website dan media sosial.
“Selama ini, sistem pemasaran produk mitra sudah online, tapi belum maksimal, karena itu kita optimalkan agar makin efektif dan efisien,” ujar Setya Chendra Wibawa, Ketua PKM melalui siaran pers Humas Unesa.
Menurutnya, Kopi Ledug selain memiliki cita rasa yang beragam dengan sistem pemetikan dan produksinya yang khas, juga memiliki nilai jual dan peluang sebagai basis wisata. Suasana hamparan perkebunan kopi yang memesona cocok dikembangkan sebagai wisata Kopi Ledug.
Ke depannya, Mitra Karya Tani berencana mengembangkan wisata edukasi kopi. Pengunjung selain bisa menikmati varian kopi lereng Gunung Welirang itu, juga bisa merasakan dan belajar langsung mulai dari cara budi daya kopi, roasting, hingga cupping kopi. “Nanti ada kelasnya, pengunjung bisa belajar dan menambah wawasan tentang kopi di sana,” kata Setya Chendra.
Potensi dari perpaduan cita rasa dan wisata edukasi kopi itulah yang menurutnya perlu disebarkan secara luas. Ia berharap, dengan bantuan pemanfaatan teknologi tepat guna dan manajemen pemasaran berbasis teknologi digital itu bisa meningkatkan produktivitas produksi dan menaikkan angka penjualan Kopi Ledug.
Kopi Ledug merupakan tumpuan kesejahteraan para petani dan ekonomi masyarakat kawasan Prigen. Ia berharap, bantuan teknologi tepat guna dan pendampingan itu dapat meningkatkan produktivitas Kopi Ledug dan berdampak pada peningkatan kesejahteraan petani kopi dan masyarakat kawasan Prigen.(iss)