Budi Santosa Kalaksa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Timur mengatakan, ada tujuh wilayah sungai besar yang berpotensi tinggi mengalami banjir selama musim hujan tahun ini.
Tujuh daerah aliran sungai (DAS) besar yang diwaspadai yaitu DAS Bengawan Solo, DAS Welang Rejoso, DAS Brantas, DAS Bondoyudo Bedadung, DAS Pekalen Sampean, DAS Bajulmati, dan DAS Kemuning di Sampang.
Budi menjelaskan, salah satu pemicu banjir di tahun ini adalah La Nina yang membuat curah hujan jadi tinggi, sampai 60-70 persen. Kemudian daerah aliran sungai yang dangkal dan alih fungsi lahan yang membuat tanah menjadi gembur dan tidak kuat menyangga air hujan saat curah hujan tinggi.
Budi lantas mencontohkan banjir bandang yang terjadi di Batu, Malang. Karena curah hujan cukup tinggi, tanah sekitarnya kurang kuat menyangga akibat gembur. Air bah turun dan ternyata lebarnya sungai hanya dua meter, kanan dan kiri ada pemukiman. Perlu ada normalisasi sungai dengan pengerukan dasar sungai.
Selain itu juga ditemukan alih fungsi dari tanah Perhutani. Tanah jadi kurang kuat menyangga tumpahan air hujan. “Sudah kami informasikan ke BPBD kabupaten untuk melakukan penanaman pohon. Reboisasi perlu menjadi suatu gerakan,” kata Budi kepada Radio Suara Surabaya, Selasa (23/11/2021)
Hal lain yang tidak kalah penting, mengingat di Jawa Timur ada 702 desa rawan bencana, yaitu pemberdayaan masyarakat. “Masyarakat berbuat apa kalau ada kejadian kebencanaan. Setiap tahunnya ada sosialisasi edukasi misalnya melalui lomba,” kata dia.
Selanjutnya, Budi menjelaskan tingkat fatalitas bencana di Jawa Timur. Mulai tahun 2019 total ada sekitar 459 kejadian, 4.900 lebih rumah rusak, 2.000 orang lebih mengungsi, 15 orang meninggal dunia, 54 orang luka-luka. Pada tahun 2020 turun jadi 273 kejadian, rumah rusak 2.600, meninggal 12 orang, luka-luka 61. Kemudian untuk 2021 sementara ini 245 kejadian, meninggal 43 orang, luka-luka 150 orang, rumah rusak 19 ribu.(iss)