Jumat, 22 November 2024

Tradisi Toron Tahun Ini Sepi, Emil Dardak Ingatkan Jangan Ada Klaster Baru

Laporan oleh Manda Roosa
Bagikan
Petugas berjaga melakukan pengendalian pemudik tujuan Madura di Jembatan Suramadu sisi Surabaya, Senin (19/7/2021) malam. Foto: Antara

Warga Madura di perantauan diminta menahan diri untuk tidak melakukan tradisi toron pada Hari Raya Idul Adha. Mengingat terjadinya lonjakan Covid-19 di Kabupaten Bangkalan usai Lebaran 2021, ditambah lagi saat ini masih masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat.

Emil Dardak Wakil Gubenur Jawa Timur juga menyampaikan hasil sidak di lapangan memantau tradisi toron. “Malam-malam sama bersama Pak Wakapolres sama Pak Kasdam, melakukan pemantauan langsung dari dari Bangkalan sampai Sumenep. Hasilnya 70 persen lebih sepi dari tahun lalu. Kebetulan, tahun lalu saya juga ke sana dan jauh lebih banyak yang mudik, dibanding tahun ini,” kata Emil saat mengudara di radio Suara Surabaya.

Jumlah ini kata Emil, sesuai fakta di lapangan dan tidak dimanupulasi. “Kalau mau lewat, bagaimana pun pasti kelihatan karena banyak petugas di sana, hanya sekitar 200-an kendaraan yang diputar balik, yang mencari nafkah sehari-hari masih diperbolehkan,” jelasnya.

Kata Emil, himbauan untuk tidak mudik untuk mencegah munculnya klaster Idul Adha. “ Sekarang kita lihat, antrian di saat ini IGD 321 orang, tapi Pemprov dengan dukungan pusat telah menambah lagi 200 bed, tapi mau sampai kapan? Pak Presiden juga bilang, tidak bisa memenuhin kalau hulunya belum diselesaikan,” tegas Emil.

Selain itu, Emil juga mengingatkan tentang beban nakes yang semakin berat, padahal tenaga kesehatan berhak memiliki beban kerja yang manusiawi.

“Jadi nakes ada batasan hanya meng-handle berapa pasien, itu karena setiap pasien membawa virus, mau pakai APD tetap saja resiko itu ada, itu yang disebut viral load atau beban virus, demikian jam kerjanya, ada keterbatasan, karena mereka manusia, akhirnya banyak yang terpapar dan meninggal,” tutur Emil.

Masalah keselamatan tenaga kesehatan ini sangat penting apalagi jika kasus Covid naik lagi, akibat klaster baru muncul.

“Sebagai pemimpin harus optimis, tetapi kalau saya menyembunyikan fakta ini juga salah, dan bahaya. Di Surabaya ada antrian 321 orang IGD, di Sidoarjo antrian memang cuma 17 di IGD tetapi mungkin karena mereka ke Surabaya, kemudian di Gresik 24 antrian, ini yang dekat, kalau kita extend sedikit ke Pasuruan, antrian nol karena IGD nya ditutup karena sudah tidak sanggup menampung pasien,” ungkapnya.

Situasi antrian di IGD ini, kata Emil adalah data yang tercatat, belum lagi yang di rumah-rumah yang memutuskan tidak ke IGD. “Jadi saya harap sekarang ini harus menahan diri untuk mudik. Tujuannya untuk meminimalis potensi-potensi cluster baru,” tegas Emil. (man/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs