Jumat, 22 November 2024

TPST Banjarbendo Olah Sampah Jadi Briket, Gus Muhdlor Ingin Replikasi

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Sugianto dan briket hasil olahan TPST Banjarbendo. Foto: Humas Pemkab Sidoarjo

Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Desa Banjarbendo, Sidoarjo mampu mengolah sampah rumah tangga menjadi briket, bahan alternatif untuk industri kecil.

Ahmad Muhdlor Ali Bupati Sidoarjo mendorong pengelola TPST di desa lainnya untuk memanfaatkan potensi ekonomi dan lingkungan seperti di Banjarbendo.

Bupati Sidoarjo yang karib disapa Gus Muhdlor itu mengatakan, sudah lebih dari setahun TPST Desa Banjarbendo tidak lagi mengirim sampah ke TPA Jabon.

Semua sampah dari 10.000 KK berhasil diolah habis menjadi briket dan menjadi menjadi sumber pemasukan bagi 14 orang pengelola TPST itu.

“Konsep pengelolaan TPST Banjarbendo inilah yang kita inginkan bersama, bagaimana sampah berkurang, justru bisa memberi nilai ekonomi bagi masyarakat,” ujar Gus Muhdlor, Selasa (23/11/2021).

Dalam sehari TPST Banjarbendo mengolah sekitar 50-60 ton sampah dan bisa menghasilkan 3-5 ton briket.

Sebelum diolah jadi briket, para pengelola lebih dulu melakukan pemilahan antara sampah organik dan non organik.

Setelah itu, sampah dikeringkan sebelum dimasukkan ke mesin pencetak briket.

Sugito, koordinator pengelolah TPST Desa Banjarbendo mengatakan, pengolahan sampah jadi briket itu awalnya hanya coba-coba.

Berbagai eksperimen, kata alumnus Mesin Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, itu dia lakukan bersama timnya.

Alat yang dipakai pun merupakan hasil karya yang dia desain sendiri. Mulai dari alat memilah sampah, mengeringkan, termasuk mesin pencetak briket.

Menurut Sugito yang juga salah satu pegiat lingkungan di Kota Delta, modal utama dalam pengelolaan sampah adalah kepedulian terhadap lingkungan.

Bisnis atau nilai ekonomi yang akan didapat, menurutnya, secara otomatis akan mengikuti di kemudian hari.

“Berangkatnya kami peduli kepada lingkungan, peduli kepada kebersihan. Itu modal utama. Kemudian tidak berpikir orietasi bisnis, kalau pun ada pendapatan yang masuk itu hanya mengikuti saja,” ujarnya.

Dalam mengelola sampah di desa itu, Sugito mengatakan, pengelola menarik iuran kepada setiap Kepala Keluarga (KK) sebesar Rp5 ribu per bulan.

Uang iuran itu merupakan termasuk jasa pemungutan sampah dari rumah masing-masing keluarga. Uang itu lantas dikelola untuk kebutuhan operasional TPST.

Gus Muhdlor Bupati Sidoarjo mengatakan, keberhasilan TPST Desa Banjarbendo perlu direplikasi ke TPST lain yang ada di Kabupaten Sidotopo.

Ada sebanyak 113 TPST Desa di Sidoarjo yang bisa belajar manajemen pengolahan sampah efektif dari para pengelola TPST Banjarbendo.

Selain itu, konsep itu, kata Muhdlor, akan diaplikasikan di TPA Jabon, yang mana puluhan ribu ton sampah di TPA Jabon bisa diolah menjadi briket

Rencananya, kata Gus Muhdlor, proyek tersebut akan dimulai tahun depan. Dia pun berharap pengolahan sampah jadi briket itu bisa mengatasi masalah sampah Sidoarjo.

“InsyaAllah proses pengolahan sampah di TPA Jabon dijadikan Briket bisa dimulai awal tahun depan, saya sudah instruksikan ke DLHK untuk turun mendampingi,” ujarnya.

Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Sidoarjo akan mengawal transformasi TPST lainnya agar mengoptimalkan pemilahan dan pengolahan sampah.

Tidak hanya TPST Banjarbendo yang berhasil mengolah sampah menjadi briket, sejumlah TPST lainnya juga mampu mengolah sampah menjadi pupuk organik.

“Kita urai permasalahan sampah ini mulai dari hulu sampai hilir. Sambil kita edukasi masyarakat untuk disiplin tidak membuang sampah di kali, karena ini akan nambah satu masalah lagi,” katanya.(den/dfn/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs