TNI Angkatan Laut sedang melakukan investigasi untuk mendalami penyebab kecelakaan KRI Nanggala-402 hingga menyebabkan 53 prajurit terbaik gugur dalam tugas tersebut.
“Kami masih menunggu dari hasil tim investigasi. Mohon rekan media jangan menerka-nerka apa penyebabnya. Dengan situasi kondisi maaf, badan haluan temuannya di sini, anjungan di sini, buritan di sana, sehingga kami belum tahu tentang itu,” kata Pangkoarmada II Laksda TNI Iwan Isnurwanto dilansir dari Antara, Selasa (18/5/2021).
Ia mengatakan terdapat dua alat keselamatan dalam KRI Nanggala, yaitu alat hembus tangki pemberat, berisi enam buah dengan 60 bar, kemudian tangki tahan tekan isinya kurang lebih 2.000 liter yang dibebani 30 bar tekanan udara.
“Apabila alat tersebut tidak bisa dimanfaatkan dengan baik berarti ada sesuatu hal lain yang menyebabkan kapal selam tersebut tenggelam. Kalau itu adalah pesawat, maka ada blackbox tetapi untuk alutsista militer di dunia mana pun khususnya untuk kapal tidak ada yang namanya blackbox. Kami pun orang-orang kapal selam meneliti tidak hanya orang kapal selam yang masih aktif, tapi kami pun berkomunikasi berkoordinasi dengan senior-senior kami di kapal selam Hiu Kencana,” katanya.
Ia juga mengungkapkan masih belum tahu apa yang menandakan kapal selam dengan berat 1.300 ton tenggelam.
“Misalnya itu blackout itu kecepatannya adalah tidak sampai dengan 10 detik sudah mencapai 100 meter. Jadi dapat dibayangkan kalau misalnya 10 detik berarti 10 meter per detik untuk kecepatannya. Sekarang misalnya kalau mobil berapa kecepatannya ya 100 km per jam sudah begitu. Nah kalau ini bagaimana, sehingga kalau 839 meter berarti tidak lebih dari 90 detik sudah sampai di bawah,” jelasnya.
Sebelumnya diketahui seluruh awak kapal sebanyak 53 prajurit terbaik Hiu Kencana telah gugur di perairan utara Bali. Kapal ini hilang kontak saat komandan pelatihan hendak memberikan otoritas penembakan terpedo dalam latihan yang sedang berlangsung.(ant/frh/iss)