Jumat, 22 November 2024

Tinjau Dampak Gempa di Blitar, Khofifah Akan Optimalkan Mitigasi Bencana di Selatan Jatim

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
khofifah-gubernur-jatim-saat-meninjau-dampak-gempa-blitar Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur saat meninjau salah satu rumah warga terdampak gempa di Kabupaten Blitar, Sabtu (22/5/2021). Foto: Humas Pemprov Jatim

Khofifah Indar Parawansa Gubernur Jawa Timur meninjau sejumlah lokasi terdampak gempa magnitudo 5,9 di Kabupaten Blitar sekaligus memberikan semangat kepada warga yang terdampak.

Ada sejumlah lokasi terdampak gempa cukup parah di Kabupaten Blitar yang dia kunjungi Sabtu (22/5/2021).

Pertama, Khofifah meninjau Dusun Buneng, RT 004/RW 003, Desa Boro, Kecamatan Selorejo. Sampai di lokasi, Khofifah mendapati sebuah rumah yang terdampak cukup parah.

Rumah yang sebagian temboknya runtuh dan gentengnya sudah rawan ambruk itu diketahui milik warga bernama Tukinem, yang sudah berusia lanjut.

Khofifah menemui Tukinem dan menyerahkan bantuan secara langsung kepadanya.

Dia juga mengunjungi warga lain yang terdampak gempa dan menyalurkan bantuan berupa sembako, 15.000 lembar masker kain, 2.000 lembar masker medis, 40 Kardus lauk pauk dari BNPB, serta 100 lembar terpal.

Tidak hanya ke Dusun Buneng, Khofifah juga mengunjungi Dusun Jabung, Desa Jabung, Kecamatan Talun, yang juga terdampak cukup parah.

Salah satu rumah terdampak cukup parah adalah milik Jazuli yang sehari-hari berjualan tempe. Dapur rumah itu runtuh total, sedangkan tembok rumah itu mengalami retak-retak.

Khofifah berharap, perbaikan rumah dan fasilitas umum yang terdampak gempa magnitudo 5,9 itu bisa dilakukan sesegera mungkin.

BPBD Jatim segera berkoordinasi dengan BNPB terkait perbaikan rumah rusak berat dan sedang yang akan dibantu oleh negara.

“Perbaikan dengan penyegeraan sesuai tingkat urgensi terutama untuk warga yang kondisi rumahnya mengkhawatirkan jikalau ada gempa susulan atau ada angin. Khawatirnya gentengnya jatuh. Mereka juga perlu evakuasi ke tempat lain sementara waktu sampai rumahnya terbangun,” kata Mantan Menteri Sosial itu.

“Untuk rumah Bu Tukinem misalnya, bisa dilakukan perbaikan full paket seperti semenisasi, pembangunan MCK, dan sebagainya,” katanya.

Sekadar mengingatkan, gempa bumi kembali mengguncang sejumlah kawasan di Jawa Timur Jumat (21/5) malam pukul 19:09:23 WIB. Berdasarkan informasi resmi BMKG, gempa berkekuatan magnitudo 6,2 yang dimutakhirkan menjadi magnitudo 5,9 itu berpusat 57 kilometer di Tenggara Kabupaten Blitar, dengan kedalaman 110 kilometer.

BMKG memastikan, gempa ini tak menimbulkan ancaman tsunami tetapi getarannya dirasakan oleh masyarakat di 31 kabupaten/kota di Jatim dengan kekuatan bervariasi serta diikuti empat kali gempa susulan berkekuatan magnitud 2,9, M 2,7, M 2,8, dan M 3,1.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim mencatat ada satu orang warga luka berat akibat gempa itu dan satu warga lainnya luka ringan. Gempa itu juga mengakibatkan ratusan rumah, fasilitas kesehatan, sarana pendidikan, dan tempat ibadah mengalami kerusakan baik ringan, sedang, maupun berat.

Terkait mitigasi bencana di Jatim, Khofifah menegaskan, Pemprov Jatim melalui BPBD terus melakukan mitigasi bencana secara kontinyu melalui koordinasi dengan Kepala BMKG. Meski demikian, kondisi mitigasi bencana dengan yang terjadi di lapangan tidak selalu linier.

“Dulu yang sudah di-exercise, bahkan Pak Pangdam dan Kapolda juga turun sampai menghitung titik evakuasi di Pacitan, kemudian di Banyuwangi. Tetapi yang terjadi, bencana gempa terdampak di Malang, Lumajang, dan sebagian Blitar,” kata Khofifah.

Karenanya, kata Khofifah, mitigasi bencana harus dilakukan lebih komprehensif ke depan.

Kewaspadaan semua pihak termasuk pembuatan konstruksi bangunan tahan gempa harus dioptimalkan, terutama di bagian selatan Pulau Jawa, termasuk yang ada di wilayah selatan Jawa Timur.

“Ini penting, sebab selatan Pulau Jawa ini dilalui wilayah ring of fire di mana gempa di satu titik resonansinya bisa antarpulau atau antarprovinsi,” katanya.

Khofifah juga bilang, salah satu bentuk mitigasi bencana komprehensif melalui kehadiran kampung tangguh atau kampung siaga bencana juga sangat dibutuhkan. Dalam koordinasi Kemensos dinamakan kampung siaga bencana, sedangkan dalam koordinasi BNPB dinamakan kampung atau desa tangguh.

“Supaya ada kewaspadaan dan kemandirian untuk melakukan antisipasi bencana tertentu seperti banjir, gempa atau angin puting beliung. Jadi ketika ada titik tertentu ini potensi bencana banjir, gempa atau angin puting beliung, maka kewaspadaannya berbeda di setiap kampung siaga bencana atau kampung tangguh,” katanya.

Menurut Khofifah, di kampung tangguh atau kampung siaga bencana itu harus ada lumbung sosial. Lumbung sosial ini berbeda di setiap potensi kebencanaan. Misalnya di daerah potensi banjir, di lumbung sosial sudah tersedia perahu karet, tali, dan sebagainya berkaitan mitigasi bencana.

“Nanti akan dilakukan pemetaan kembali kampung siaga bencana atau kampung tangguh di Jatim ini sesuai dengan potensi kemungkinan resiko bencananya,” ujar Gubernur perempuan pertama di Jatim itu.

Rini Syarifah Bupati Blitar yang mendampingi Khofifah meninjau rumah warga terdampak gempa mengatakan, Pemkab Blitar sampai sekarang masih mendata dan menginventarisir kerusakan akibat gempa kemarin.

Sementara ini, Pemkab Blitar mendata, gempa kemarin mengakibatkan 113 rumah mengalami kerusakan ringan. Untuk rumah dengan tingkat kerusakaan berat, Rini mengatakan, pihaknya masih melakukan inventarisasi.

“Untuk fasilitas umum, yang rusak cukup parah itu Puskesmas Wates. Inventarisasi ini InsyaAllah dua hari ke depan selesai. Kita akan mempercepat,” katanya.(den)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs