Jumat, 22 November 2024

Tim Aju RS Terapung Ksatria Airlangga Bertolak ke Sulawesi Barat

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA). Foto: Istimewa

Rumah Sakit Terapung Ksatria Airlangga (RSTKA) memberangkatkan Tim Aju (tim pendahulu) I ke Sulawesi Barat untuk membantu korban gempa di Kabupaten Mamuju dan Majene.

Dokter Suwaspodo Henry Wibowo Sekretaris Yayasan Ksatria Medica Airlangga bilang, Tim Aju I itu terdiri dari 18 tenaga medis baik dokter sampai apoteker.

Tim itu antara lain terdiri dari dua dokter bedah, dua dokter anestesi, dan empat dokter umum Universitas Airlangga Surabaya.

Selain itu ada empat perawat umum, empat perawat anastesi, empat perawat bedah operasi, dan dua apoteker yang dikomandani dr Agus Hariyanto Direktur RSTKA.

“Melihat situasinya yang darurat, tim harus segera ke sana. Kami berkoordinasi dengan Tim Bencana Kemenkes. Kapal kami diminta hadir. Banyak RS di sana yang tidak beroperasi,” ujar Henry Wibowo.

Kapal RSTKA bertolak pada Minggu (17/1/2021) dini hari. RS Terapung itu akan menempuh tiga hari perjalanan dan diperkirakan tiba di Makassar Rabu (20/1/2021) besok.

“Tim Aju I ini akan melakukan survei situasi dan kondisi di lapangan. Terutama mengumpulkan informasi tempat berlabuh kapal dan kebutuhan apa saja yang dibutuhkan di sana,” kata Henry.

Menurut Henry, dari sana, Tim Aju 1 akan mempersiapkan semua kebutuhan medis, logistik, dan bantuan lain selama dua pekan kedaruratan.

Tim akan bekerja sama dengan rumah sakit lapangan setempat untuk memeriksa kesiapan dan kebutuhan perawat terlebih dahulu.

Sementara ini, Tim Aju I membawa serta peralatan keamanan. Antara lain lebih dari seribu alat tes usap antigen, hazmat, alat laboratorium, masker N-95, dan hand sanitizer.

Tim juga membawa lima tenda besar berukuran 4×8 meter untuk memisahkan pasien dan sebagai tempat istirahat tim medis yang ada.

Tidak lupa, kata Henry, Tim Aju I RSTKA juga membawa bantuan logistik berupa makanan, pakaian, dan tidak lupa buku-buku untuk anak-anak di lokasi bencana.

“Kami berharap dapat dukungan dan bantuan semua pihak. Termasuk fakultas di Unair. Kami butuh mahasiswa, terutama mahasiswa perikanan dan kesehatan masyarakat,” ujarnya.

Kehadiran mahasiswa cukup penting. Mereka diharap mampu memberikan trauma healing bagi masyarakat terdampak gempa. Juga supaya pendidikan anak-anak tidak sampai terhenti.

Meski demikian, dia mengakui, kondisi pandemi yang masih cukup berat sebenarnya akan berisiko bagi tim untuk berlayar ke lokasi bencana.

“Kami akan tetap berusaha sampai di sana dengan selamat. Kami minta dukungan, doa, dan partisipasi dalam bentuk apa pun untuk saudara kita di sana,” katanya.

Seperti diketahui, Sulawesi Barat dua hari berturut-turut dilanda gempa besar. Kamis (14/1/2021), gempa berkekuatan 5,9 magnitudo mengguncang provinsi tersebut.

Selanjutnya pada Jumat (15/1/2021) dini hari, gempa susulan berkekuatan lebih besar mencapai magnitudo 6,3 menyebabkan kerusakan cukup parah dan mengakibatkan jatuhnya korban jiwa.(den/ang)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs