Belajar Dari Rumah (BDR) termasuk perkuliahan secara daring atau online berdampak pada psikologis pada siswa, mahasiswa, guru, dosen dan orang tua terang Andini Dwi Arumsari, S.Psi, M.Psi, Pakar Psikologi Anak Universitas Narotama Surabaya.
Karena kebanyakan dari mereka, para siswa, guru, mahasiswa, dosen, sudah sangat berharap agar pembelajaran dan perkuliahan kembali normal dengan tatap muka, namun semuanya harus tertunda lagi.
“Untuk siswa TK, SMA, ada yang sudah ingin kembali ke sekolah untuk bisa mendapatkan pembelajaran langsung dari guru mereka sehingga mereka bisa memahami materi dengan baik, ada pula yang ingin kembali ke sekolah untuk segera bertemu teman-teman dan bermain bersama. Tapi ada pula yang sudah terlalu nyaman dengan pembelajaran daring dan fasilitas lengkap yang mereka miliki di rumah, sehingga justru tidak ingin masuk sekolah. Bermacam-macam,” terang Andini yang juga Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Narotama Surabaya itu.
Berbeda lagi dengan mahasiswa yang semakin lama semakin merasa berat karena banyaknya tugas dari dosen dan materi perkuliahan yang harus mereka pahami sendiri di rumah.
“Tingkat stres mahasiswa jauh lebih tinggi karena dosen berusaha agar materi mereka bisa dipahami dengan memberi banyak tugas pada mahasiswa. Belum lagi mahasiswa yang berkuliah sambil bekerja, tingkat stresnya pasti jauh lebih tinggi,” paparnya.
Sedangkan bagi para pendidik, PPKM ini berarti kembali menuntut guru dan dosen untuk kreatif dalam penyampaian materi pelajaran dan kuliah. Namun tidak bisa dipungkiri pasti ada materi pelajaran atau kuliah yang sulit disampaikan secara daring.
Sehingga guru dan dosen terus memutar otak bagaimana caranya agar materi tersebut bisa dipahami oleh siswa dan mahasiswa dengan baik. “Guru dan dosen benar-benar dituntut untuk semakin kreatif. Selain untuk memastikan siswa dan mahasiswa memahami materi yang disampaikan, juga untuk memastikan siswa dan mahasiswa tidak jenuh selama pelajaran atau perkuliahan. Misalnya saja dengan mengubah proses pembelajaran dari pemaparan materi menjadi sebuah proyek atau penelitian yang menarik. Sehingga tidak melulu harus tatap muka secara daring yang akan mudah membuat anak jenuh, tapi tetap bisa memberikan nilai sesuai dengan pemahaman siswa dan mahasiswa,” urai Andini.
Selain siswa dan pendidik, orangtua juga menjadi perhatian dalam proses sekolah dan kuliah daring. Terutama untuk proses sekolah daring. Pasalnya, orangtua yang selama ini menyerahkan sepenuhnya pendidikan anaknya pada guru di sekolah, sekarang harus ikut mendampingi anak sekolah online.
“Orangtua masih terus menyesuaikan diri karena tugas ini cukup berat bagi sebagian besar dari mereka. Terutama orangtua pekerja yang harus membagi waktu antara pekerjaan dengan mendampingi anak sekolah daring,” kata Andini.
Andini menambahkan, masa Pandemi ini adalah masa belajar untuk kita semua. Para pendidik dituntut untuk keluar dari zona nyaman dan menjadi kreatif, siswa dan mahasiswa dituntut untuk lebih fokus, dan orangtua yang harus merasakan sulitnya menjadi guru di rumah.
“Masa Pandemi memang berat untuk semua orang. Semua orang mengalami tantangan yang berbeda-beda. Pemahaman dan kesiapan adalah hal penting dalam situasi seperti ini,” pungkas Andini, Kamis (28/1/2021).(tok/lim)