Sabtu, 23 November 2024

Taiwan Dibanjiri Sampah Plastik Wadah Makanan Selama Lockdown

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Wadah makanan berbahan plastik. Foto: Boldsky

Taiwan dibanjiri sampah seiring meningkatnya pengiriman makanan dan paket belanja daring selama masa pembatasan pergerakan masyarakat.

Kondisi tersebut telah mengancam berbagai upaya yang sudah dilakukan untuk mengurangi konsumsi plastik sekali-pakai.

Taiwan tengah menghadapi lonjakan kasus Covid-19 sejak April setelah bulan-bulan sebelumnya hanya mencatatkan sedikit kasus. Namun sejak pertengahan bulan Mei, penguncian diberlakukan dengan beragam aturan, termasuk membatasi pertemuan pribadi dan makan di restoran.

Li Yu-huei, kepala bagian daur ulang di Departemen Perlindungan Lingkungan Taipei mengatakan, jumlah sampah wadah sekali-pakai di ibu kota Taipei antara Januari dan Mei meningkat 85 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Pada bulan Mei saja, Taipei memproduksi sampah yang bisa didaur ulang sebanyak 10,79 ton dibandingkan 7,05 ton pada tahun sebelumnya.

Kebanyakan sampah itu berupa alat makan sekali-pakai dari kertas dan plastik, dan itu membuat risau para pecinta lingkungan.

“Kita tak bisa kembali memakai alat makan sekali-pakai setiap kali ada lonjakan kasus,” kata Tang An, juru kampanye Greenpeace Taiwan seperti dilansir Antara, Jumat (23/7/2021).

“Ini berarti bahwa semua usaha yang telah dilakukan untuk mengurangi sampah plastik akan sia-sia.”

Tang menyebut, di New Taipei, kotamadya yang mengelilingi Taipei, mencatat kenaikan 50 persen pada volume sampah yang bisa didaur ulang pada Mei dibanding tahun lalu.

Sementara penggunaan alat makan sekali pakai dan barang-barang plastik dilarang di semua pujasera dan toko swalayan, juga di sebagian besar restoran dan toko minuman, yang juga menjadi sumber terbesar plastik sekali-pakai.

Mereka juga termasuk pelaku bisnis yang mencatat peningkatan order pengiriman terbesar selama penguncian.

Pan Yen-ming juru masak di sebuah restoran di Taipei mengatakan bahwa dia menghabiskan 20.000 dolar Taiwan (sekitar Rp10,3 juta) untuk membeli alat makan sekali-pakai pada bulan Juni. Pengeluaran tersebut menambah biaya bahan bakunya hingga sebanyak 14 persen.

“Saya harus mengakui bahwa saya memilih tutup mata tentang hal ini, saya harus mengalihkan tanggung jawab sosial ini ke orang lain, berpura-pura tidak tahu,” kata dia.

“Kalau kita tidak mengemas makanan dengan cantik, tak ada orang yang memperhatikan kita.”(ant/dfn/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs