Sabtu, 23 November 2024

Sulitnya Mendapat Layanan Ambulans dan Pemakaman Jenazah Covid-19

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
ilustrasi

Sejumlah Pendengar Radio Suara Surabaya mengeluhkan sulitnya mendapatkan layanan pemakaman jenazah yang meninggal karena Covid-19 di Surabaya. Ada yang jenazah keluarganya sampai dibawa keliling mencari rumah sakit yang mau menerima pemulasaraan jenazah, ada yang diminta menunggu lama, ada pula yang pada akhirnya memutuskan memanfaatkan jasa kedukaan swasta meski harus membayar biaya.

Deni Setiono misalnya, pendengar yang merupakan warga Rungkut Mejoyo Utara itu melaporkan tentang sulitnya salah satu warga di lingkungan tempat tinggalnya, yang anggota keluarganya meninggal saat perjalanan ke rumah sakit karena Covid-19, tapi tidak segera mendapatkan layanan pemulasaraan jenazah. Bahkan, jenazah itu sempat dibawa keliling mencari fasyankes yang mau melayani pemulasaraan jenazah.

“Warga saya positif Covid. Pagi ini dibawa anaknya ke RS ternyata meninggal di jalan. Itu papanya. Ke RS Gotong Royong ditolak, terus dibawa ke Puskesmas Kalirungkut disarankan ke RS Dr Soetomo. Di sana juga ditolak. Jenazah dibawa muter-muter sejak pagi. Ini jenazah kembali ke rumah, belum turun dari mobil,” ujar Deni Jumat (9/7/2021) siang pukul 12.30 WIB.

Puguh Sanjaya salah satu Ketua RT di Gubeng Kertajaya juga menyampaikan sulitnya mendapatkan penanganan pemulasaraan dan pemakaman jenazah untuk salah satu warganya yang meninggal karena Covid-19. Dia sudah meminta bantuan ke Puskesmas setempat, juga menghubungi command center 112, tapi dia diminta untuk menunggu.

“Kasihan, sampai siang ini enggak ada yang ngurusi. Enggak ada yang memandikan. Saya sudah lapor ke Puskesmas Mojo, ke 112, disuruh menunggu. Memang setahu saya, Puskesmas Mojo mengaku kewalahan. Karena nakesnya banyak yang terpapar juga,” katanya kepada Radio Suara Surabaya Jumat siang sekitar pukul 14.10 WIB.

Sementara itu, Daniel pendengar lainnya yang merupakan warga Sememi Barat pada akhirnya mengambil keputusan tidak menunggu pelayanan dari Pemerintah Kota Surabaya maupun fasilitas layanan kesehatan yang ada. Pada akhirnya dia memanfaatkan jasa ambulans swasta untuk menjemput jenazah ayahnya yang meninggal karena Covid-19 meski pun ada biaya yang harus dia keluarkan untuk jasa tersebut.

“Saya juga kesusahan dapat ambulans dan ditolak RS mana-mana. Tapi saya berhasil memakamkan jenazah ayah saya yang terpapar Covid-19. Beliau meninggal di rumah karena enggak bisa mendapatkan perawatan. Karena full (RS) di mana-mana. Saya akhirnya ke (TPU) Keputih, nyegat (mengadang) ambulans punya swasta dan melakukan negosiasi. Mereka yang menjemput jenazah,” ujarnya.

Ada cara kedua yang dia sarankan. Yakni dengan memanfaatkan jasa kedukaan swasta yang ada di Surabaya. Menurut Daniel, perusahaan jasa kedukaan swasta itu akan menyanggupi menjemput jenazah meski pun tengah malam. “Tetapi memang ada biayanya,” katanya.

Sulitnya pelayanan pemakaman ini tidak lepas dari penuhnya rumah sakit di Surabaya dan banyaknya tenaga kesehatan di fasilitas layanan kesehatan di Kota Pahlawan yang terpapar Covid-19. Tapi penyebab utama sulitnya mendapatkan pelayanan bagi pasien Covid-19 dan pemulasaraan jenazah ini terjadi karena lonjakan kasus Covid-19 yang sangat signifikan.

Tidak hanya itu, faktor lain yang menyebabkan sulitnya mendapatkan layanan ini karena terbatasnya armada ambulans yang dimiliki Pemkot Surabaya. Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya mengakui itu saat menerima bantuan pinjaman mobil dari salah satu perusahaan swasta, Kamis (8/7/2021). Dengan adanya bantuan pinjaman lima mobil ambulans jenazah dari swasta itu, Eri berharap pelayanan penjemputan jenazah bagi warga Surabaya yang membutuhkan bisa semakin cepat.(den)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
31o
Kurs