Memperingati 33 tahun kiprah Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) dalam lingkup pendidikan, Rabu (2/6/2021) dilangsungkan Stadium Generale bertema: Sinergi IDUKA (Industri, Dunia Usaha, Dunia Kerja) Politeknik untuk Akselerasi Inovasi, menghadirkan Dr. H. Emil Elestianto Dardak, B.Bus., M.Sc., Wakil Gubernur Jawa Timur dan Prof. Dr. Nurul Taufiqu Rochman, M.Eng., PhD., Kepala Pusat Penelitian Metalurgi dan Material LIPI sebagai narasumber.
Sivitas akademika dan anggota senat PENS hadir secara luring dan daring pada kegiatan kali ini.
Aliridho Barakbah, S.Kom., Ph. D., pada sambutannya sebagai Direktur baru PENS menyampaikan bahwa tantangan dalam dunia pendidikan di antaranya adalah perdagangan bebas, revolusi industri 4.0, dan disruptive technology.
Model belajar konfensional dan terdahulu harus berubah menjadi pembelajaran yang mampu menjawab 3 tantangan tersebut. Dalam menyikapi hal tersebut, PENS tidak pernah berhenti mengembangkan berbagai Inovasi sebagai bentuk kontribusi membangun negara melalui pendidikan.
“Program-program PENS dalam menyongsong berbagai tantangan bukan hanya terfikirkan secara nasional tetapi juga internasional, mengingat PENS sudah banyak dikenal di negara lain diantaranya adalah Jepang, ” terang Aliridho Barakbah.
Dengan Dies Natalis PENS ke 33 ini, lanjut Aliridho diharapkan PENS dapat menyongsong 3 tantangan tersebut dengan beralih dari Politeknik 3.0 menjadi Politeknik 4.0.
Sementara itu, Dr. H. Emil Elestianto Dardak, B.Bus., M.Sc., Wakil Gubernur Jawa Timur dalam orasi ilmiahnya berharap PENS dapat menjadi pemantik modernisasi dan juga mewujudkan knowledge base ekonomi di Jawa Timur maupun di Indonesia.
Emil menambahkan bahwa Jawa Timur sebagai rumah PENS, merupakan provinsi yang sudah berindustri sehingga diperlukan masyarakat yang paham akan industri dan elektronika. Di era digital ini terdapat perubahan yang luar biasa di mana banyak sekali kalangan muda yang tidak dapat lepas dengan internet mau pun dengan digitalisasi.
Sehingga, dalam dunia kerja harusnya mampu beradaptasi dengan meningkatnya teknologi di bidang industri seperti saat ini, efisiensi adalah konsekuensi mutlak dari penerapan teknologi daring tersebut. Dapat menjadi acuan bagi tenaga kerja pula, bahwa produktifitas tidak diukur dari berapa lama seorang duduk di depan meja kerjanya tetapi seberapa brillian ide yang diciptakannya.
Millenial Job Center dapat menjadi terobosan dalam menghadapi perubahan besar digitalisasi. Jawa Timur ingin menjadi provinsi yang pertama kali menerapkan adanya Milennial Job Center dengan meningkatkan adanya freelance dalam sebuah perusahaan.
Mahasiswa juga diimbau agar tidak berharap dengan lulus siap kerja sebagai jaminan seumur hidup, karena akan banyak dinamika perubahan yang terjadi. Jalan yang biasa diambil adalah tidak hanya belajar yang ada dalam ruang kerja, tetapi menemukan berbagai referensi untuk paham kemajuan yang terjadi.
Di sisi lain, menurut Emil setiap individu memerlukan adanya hard skill untuk menunjang kognitif, soft skill dan integrity. Emil juga berharap agar PENS dapat menerapkan adanya kampus merdeka melalui dosen sebagai mentor dalam meningkatkan skill mahasiswa, pengoptimalan kegiatan kewirausahaan untuk meningkatkan kompetensi.
Prof. Dr. Nurul Taufiqu Rochman, M.Eng., PhD., menyampaikan, kekayaan intelektual Indonesia yang dapat ditingkatkan dengan mengukuhkan hasil penelitian secara paten. Paten ini digunakan untuk melindungi secara formal dan secara teknis dalam industri karena membawa hasil litbang ke industri cukup sulit.
Kombinasi antara teknologi dan anak muda akan menghasilkan sesuatu yang luar biasa, dan tentu akan berguna untuk mengikuti era revolusi industri 4.0. Diharapkan dari sivitas akademika PENS dan mahasiswa dapat menghasilkan inovasi sebagai bentuk kontribusi untuk membangun Indonesia.(tok/dfn/ipg)