Jumat, 22 November 2024

Situasi Kian Memanas, 35 Warga Palestina Tewas di Gaza, 3 Tewas di Israel

Laporan oleh Iping Supingah
Bagikan
Seorang pria berada di tengah ketegangan dengan polisi Israel. Foto: Reuters/Antara

Permusuhan antara Israel dan Hamas meningkat dalam semalam hingga menyebabkan 35 warga Palestina tewas di Gaza dan tiga di Israel dalam aksi saling balas serangan udara paling intensif selama bertahun-tahun.

Israel melakukan ratusan serangan udara di Gaza hingga dini hari Rabu, ketika kelompok Islamis dan kelompok militan Palestina lainnya menembakkan beberapa serangan roket ke Tel Aviv dan Bersyeba.

Dilansir dari Antara, satu bangunan tempat tinggal bertingkat di Gaza runtuh dan satu lagi rusak berat setelah berulang kali terkena serangan udara Israel.

Israel menyerang sasaran Hamas, termasuk pusat intelijen dan situs peluncuran roket.

Itu adalah serangan terbesar antara Israel dan Hamas sejak perang 2014 di Gaza, dan memicu kekhawatiran internasional bahwa situasinya bisa lepas kendali.

Tor Wennesland Utusan perdamaian Timur Tengah PBB, mengatakan di Twitter: “Hentikan tembakan segera. Ini bisa meningkat menuju perang skala penuh. Para pemimpin di semua sisi harus mengambil tanggung jawab deeskalasi.

“Biaya perang di Gaza sangat menghancurkan dan dibayar oleh orang-orang biasa. PBB bekerja dengan semua pihak untuk memulihkan ketenangan. Hentikan kekerasan sekarang,” tulisnya.

Hingga Rabu pagi, warga Gaza melaporkan rumah mereka bergetar dan langit diterangi dengan serangan Israel, roket keluar, dan rudal pertahanan udara Israel mencegat mereka.

Orang Israel lari ke tempat berlindung atau ke trotoar di pantai dan ke selatan Israel di tengah suara ledakan saat rudal pencegat melesat ke langit.

Sayap bersenjata Hamas menembakkan 210 roket ke arah Beersheba dan Tel Aviv sebagai tanggapan atas pengeboman gedung menara di Kota Gaza.

Di Tel Aviv, sirene serangan udara terdengar di sekitar kota. Bagi Israel, sasaran militan di Tel Aviv, ibu kota komersialnya, menimbulkan tantangan baru dalam konfrontasi dengan kelompok Islam Hamas, yang dianggap sebagai organisasi teroris oleh Israel dan Amerika Serikat.

Selama bulan Ramadan, terjadi ketegangan di Yerusalem sehingga menyebabkan terjadinya serangan udara.

Sebelumnya, polisi Israel dan pengunjuk rasa Palestina bentrok di dalam dan sekitar Masjid Al-Aqsa, di kompleks yang dihormati oleh orang Yahudi sebagai “Temple Mount” dan oleh Muslim sebagai Tempat Suci Mulia.

Ismail Haniyeh Pemimpin kelompok militan, mengatakan Israel telah menembakkan api di Yerusalem dan Al-Aqsa lalu meluas ke Gaza, oleh karena itu, bertanggung jawab atas konsekuensinya.

“Jika mereka ingin meningkatkan serangan, perlawanan sudah siap, jika mereka ingin berhenti, perlawanan sudah siap,” kata Haniyeh

Selasa lalu, Gedung Putih mengatakan bahwa Israel memiliki hak yang sah untuk mempertahankan diri dari serangan roket tetapi memberikan tekanan pada Israel atas perlakuan terhadap warga Palestina, dengan mengatakan Yerusalem harus menjadi tempat hidup berdampingan.

Di sisi lain, Amerika Serikat menunda upaya Dewan Keamanan PBB untuk mengeluarkan pernyataan publik tentang meningkatnya ketegangan karena itu bisa berbahaya bagi upaya di belakang layar untuk mengakhiri kekerasan, menurut para diplomat dan sumber yang akrab dengan strategi AS.

“Hilangnya nyawa Israel, hilangnya nyawa orang Palestina, Itu adalah sesuatu yang sangat kami sesali,” ujar Ned Price, Juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat ketika mendesak ketenangan dan “menahan diri di kedua sisi”.

Dia juga mendesak agar hilangnya nyawa ini segera berakhir.(ant/frh/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
36o
Kurs