Jumat, 22 November 2024

Sinergi Berbagai Pihak Diperlukan untuk Penanganan Limbah APD yang Kian Mengkhawatirkan

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Ilustrasi. Petugas kesehatan memakai kelengkapan alat pelindung diri ketika simulasi kesiapsiagaan di ruang isolasi di Rumah Sakit Pelindo Husada Citra (PHC), Surabaya, Jawa Timur, Jumat (13/3/2020). Foto : Antara

Peningkatan jumlah pasien Covid 19 di Indonesia ternyata mendatangkan permasalahan baru, di mana terjadi peningkatan jumlah limbah APD, terutama masker. Limbah masker juga ikut disumbang oleh makin tingginya jumlah masyarakat yang menggunakan masker bedah ataupun jenis masker sekali pakai lainnya.

Nur Tri Aries Suestiningtyas Sekretaris Utama LIPI menyampaikan, di Indonesia timbulan limbah medis termasuk masker dan Alat Pelindung Diri (APD) tercatat telah mencapai 1.662 ,75 ton pada rentang bulan Maret sampai September 2020.

“Ini harus menjadi perhatian kita bersama baik peneliti, penggiat dan juga sektor lingkungan hidup atas dampak buruk yang ditimbulkan oleh limbah medis terhadap lingkungan,” ujar Nur pada pembukaan acara webinar bertema “Jangan Buang Maskermu!: Pengelolaan Limbah Masker di Masa Pandemi Covid-19”, yang digelar Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Selasa (16/2/2021).

Dirinya menjelaskan bahwa saat ini LIPI telah memiliki teknologi yang dapat digunakan untuk pengelolaan limbah, sterilisasi, insenerator, dan daur ulang limbah medis yang jumlahnya semakin meningkat di masa pandemi Covid-19. Nur mengharapkan terbentuknya kerjasama dengan industri dengan adanya investasi pada pengelolaan limbah masker, sebagai langkah konkrit penyelesaian masalah limbah APD.

Pada kesempatan yang sama, Agus Haryono Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Teknik LIPI menyampaikan, limbah medis terutama masker yang mengandung plastik membutuhkan waktu hingga ratusan tahun untuk bisa terurai. “Hal ini tentu menjadi masalah bagi lingkungan, karena plastik sulit terurai. Selain itu limbah masker juga sangat infeksius sehingga dapat membahayakan masyarakat terutama petugas kebersihan,” imbuhnya.

Ia menilai, strategi sinergi multi pihak untuk mengatasi limbah masker dapat dilakukan dengan pengamatan, diskusi, serta kolaborasi.

Pengamatan terhadap kondisi disekitar lingkungan, menurutnya, perlu dilakukan untuk menentukan langkah penanganan limbah APD. “Hasil kajian dari peneliti LIPI, menemukan adanya timbulan limbah APD yang mengandung plastik yang dibuang di daerah teluk Jakarta, seperti di Marunda dan Cilincing. Peningkatannya mencapai 5 persen di masa pandemi. Di teluk Jakarta, ditemukan jumlah limbah APD yang mencapai 16% atau sekitar 0,3 ton dari sampah yang ada di teluk Jakarta ,” ungkap Agus.

Menurutnya, permasalahan limbah medis yang terjadi saat ini juga disumbang oleh banyaknya pembuangan limbah APD oleh beberapa pihak secara sembarangan. Kasus pelanggaran pembuangan limbah APD akan makin banyak muncul jika tidak adanya sinergi dari berbagai pihak terkait.

“Bersinergi akan mempercepat hilirisasi inovasi teknologi yang dimiliki oleh LIPI untuk menangani limbah medis,” tegasnya. Agus menyebutkan, beberapa teknologi yang dimiliki LIPI di antaranya insenerator sampah infeksius Covid-19, alat penghancur jarum suntik, riset daur ulang limbah masker serta instalasi pengolahan air limbah dengan plasma nanobubble.

Selanjutnya, Ajeng Arum Sari Kepala Loka Penelitian Teknologi Bersih LIPI mengungkapkan, Pemerintah Daerah telah ikut berpartisipasi dalam menyediakan sarana dan prasarana bagi pembuangan limbah masker yang bersumber dari rumah tangga, seperti penyediaan drop box. “Sedangkan limbah APD pada fasilitas kesehatan yang berasal dari pasien Covid-19 dapat dimusnahkan dengan insenerator ataupun autoklaf berpencacah” terang Ajeng.

Ajeng menambahkan, saat ini pengetahuan masyarakat akan pengelolaan limbah APD masih sangat minim. “Hal ini sangat beresiko pada pencemaran lingkungan dan penularan virus penyebab Covid-19 melalui limbah APD,” ungkapnya.

“Berbagai penyadartahuan dan kolaborasi antar pihak terkait untuk penanganan limbah mutlak dilakukan. LIPI telah mempunyai berbagai teknologi penanganan limbah masker, lebih lanjut perlu regulasi yang jelas dan kerjasama dengan pihak terkait untuk penerapannya” tutur Ajeng.(dfn/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs