Pada rencana pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PKBM) yang dijadwalkan berlaku Senin (11/1/2021) hingga Senin (25/1/2021) di Surabaya Raya, Heri Lentho inisiator seni budaya mengingatkan bahwa seniman tetap butuh tempat. Butuh difasilitasi dengan berbagai kreativitas dan karyanya.
“Buat saya seniman itu kan bisa disebut sebagai satu diantara para penjaga nilai-nilai kebaikan. Seniman itu kerap menyisipkan pesan-pesan kebaikan pada karya-karyanya. Karena itu, ketika pembatasan kegiatan masyarakat dilakukan, sebaiknya seniman tetap difasilitasi,” terang Heri Lentho, Jumat (8/1/2021).
Dengan segala kreatifitas dan karya-karya yang dihasilkan, seniman tetap butuh ruang kreatifitas, butuh panggung, yang bisa memberikan spirit untuk penciptaan karya-karya di tengah pembatasan aktivitas masyarakat. “Pertanggungjawaban seniman adalah karya. Jika tidak ada ruang buat lahirnya karya-karya itu, seniman kehilangan jati dirinya,” tegas Heri Lentho.
Disadari atau tidak, saat pembatasan kegiatan atau aktivitas masyarakat dilakukan maka aktivitas kesenian juga akan menerima dampaknya. Terutama pada sosok-sosok seniman individu, seperti misalnya para penari, pelukis, penulis, sastrawan. Mereka ini akan terus berkutat dan berproses di rumah.
Termasuk para seniman yang berada di kota-kota, terkait pembatasan kegiatan dan aktivitas di masa pandemi Covid-19, pasti merka akan merasakan dampak secara langsung maupun tidak langsung. Apalagi yang aktivitas berkeseniannya menjadi bagian dari sumber ekonominya.
“Saat ini saja, mereka yang menjadikan aktivitas berkeseniannya sebagai sumber penghasilan, sumber ekonomi, benar-benar terpuruk. Untuk mempertahankan hidup, dan memenuhi kebutuhan keseharian bahkan rela menjual aset seperti perangkat gamelan. Karena itu, di masa seperti ini, termasuk pelaksanaan PPKM nanti, pemerintah provinsi maupun kota tetap perlu memperhatikan seniman,” kata Heri Lentho.
Tidak hanya mengulurkan tangan dengan memberikan materi saja, justru disaat seperti ini, tambah Heri, pemerintah dan segala elemen terkait seni budaya juga wajib memberikan pelatihan-pelatihan terkait dengan kondisi kekinian. Termasuk tentang teknologi digital yang konon memberikan kesempatan menggantikan panggung tradisional.
Heri Lentho menegaskan hingga hari ini masih banyak seniman tradisional yang tidak kenal dan memahami bagaimana menggunakan atau memanfaatkan teknologi digital. “Akhirnya yang ada di benak mereka bahwa panggung atau pentas tidak lagi ada, ” ujar Heri Lentho.
Karena itu, Heri Lentho berharap pemerintah di tingkat provinsi maupun kota kabupaten saat pelaksanaan PPKM tetap memfasilitasi aktivitas seniman dengan berbagai bentuknya. “Bisa jadi melalui pentas-pentas virtual atau ruang-ruang digital lainnya. Tetapi tetap memberikan ruang bagi seniman termasuk seniman tradisional berkreativitas. Ini penting,” pungkas Heri Lentho.(tok/iss)