Tebing longsor di bibir sungai di Dusun Ketangi, Desa Ngembeh, Kecamatan Dlanggu, Kabupaten Mojokerto tak hanya mengancam satu rumah warga. Melainkan ada delapan rumah warga lainnya yang terancam terseret longsor.
Fuad Reporter Maja FM pada suarasurabaya.net, Selasa (9/2/2021) melaporkan dari lokasi kejadian, rupanya longsor di bibir Sungai Desa Ngembeh ini sudah berlangsung lama, namun pada Sabtu (6/2/2021) sekitar pukul 18.00 WIB longsor kembali terjadi dan semakin parah.
Menurut keterangan warga sekitar, longsor yang terjadi di bibir Sungai Ngembeh terjadi beberapa kali. Namun, longsor terparah terjadi pada Sabtu lalu.
Sampai-sampai membuat suara gemuruh dan getaran seperti gempa dan membuat tembok rumah warga retak, dan satu di antaranya kini tak lagi dihuni yakni rumah milik pasangan Suwadi dan istrinya Riyati.
“Titik longsor di bibir sungai sini (Ngembeh, Red) ada beberapa titik, satu di sebelah rumahnya kemudian di sisi utara. Namun, yang sebelah utara kejadianya sudah lama dan sama di sana juga mengancam rumah warga, hanya beda RT saja,” tutur Suwandi warga terdampak longsor.
Kata dia, insiden longsor di bibir sungai ini diduga disebabkan karena tebing setinggi 30-40 meter yang tergerus oleh air sungai. Terlebih saat ini hujan terus menerus turun, sehingga hal tersebut bisa memperparah kondisi tanah.
Dia menyebut, longsor di bibir sungai di Desa Ngembeh tak hanya menyebabkan rumahnya terancam terseret longsor, melainkan juga mengancam rumah warga lain yang ada di RT 1 / RW 1 Dusun Ketangi, Desa Ngembeh, Kecamatan Dlanggu.
Winarto, warga RT 1 RW 1 Dusun Ketangi, Desa Ngembeh saat dikonfirmasi membenarkan jika ada beberapa rumah warga yang turut terancam terbawah longsor di RT nya.
Dia menjelaskan tebing yang berada di belakang rumahnya itu mulai longsor sekitar dua tahun lalu. Namun hingga kini belum ada penanganan dari pihak.
Tebing yang longsor sejak dua tahun yang lalu kini kian mengkhawatirkan, parahnya lagi, kini jarak tebing longsor dan beberapa pemukiman warga ini cukup dekat, berjarak antara satu sampai dua meter.
Winarto menyebutkan, sejauh ini masih belum ada penanganan dari pihak terkait. Setiap malam dirinya dan keluarganya selalu was-was dikala turun hujan.
Delapan rumah warga yang terancam di antaranya rumah milik Sumarno Winarto, Bu Sainah, Kasian, Sumantri, Sumito dan Mat Slimin.
”Harapannya ya supaya ada pembenahan. Entah itu dibronjong atau diplengseng, karena mengkhawatirkan,” tegasnya.(fad/dfn/ipg)