Jumat, 22 November 2024

Sederet Pekerjaan Rumah untuk Penerus Takhta Bupati Sidoarjo

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Hudiyono Pj Bupati Sidoarjo mengecek sepanjang alur sungai Kali Cantel yang sering dipenuhi enceng gondok, Minggu (20/12/2020). Foto: Abidin suarasurabaya.net

Hari ini, Selasa (16/2/2021), adalah hari terakhir bagi Hudiyono menjadi Penjabat Bupati Sidoarjo. Biasanya, tampuk kepemimpinan akan diemban Sekretaris Daerah sebelum Bupati Sidoarjo yang baru terpilih dilantik.

Kepada Radio Suara Surabaya, Hudiyono menceritakan tantangan yang dia hadapi selama menjabat empat setengah bulan terakhir.

“Permasalahan memang banyak, tapi Sidoarjo punya strategi jitu untuk pendekatan penyelesaian masalah. Contohnya jalan berlubang, sungai banyak sampah, kita sudah memberikan pola pendekatan pelayanan melalui anggaran yang langsung ke kecamatan. Ada yang mendapat 1,5 miliar, 700 sampai 900 juta rupiah,” ujarnya.’

Karena ini program baru, terkadang kecamatan masih ragu-ragu. Anggaran Pagu Indikatif Wilayah Kecamatan (PIWK) dimasukkan ke triwulan dua. Kalau sudah salah menaruh di anggaran, ya menunda waktu pelayanan cepatnya.

Kemudian masalah banjir yang berkali-kali melanda Sidoarjo, seperti di sekitar Jembatan Buntung, bahkan Senin pagi sebagian wilayah Sidoarjo banjir karena sungai di Pagerwojo meluap. Hudiyono mengaku sudah melakukan sosialisasi dan pencegahan melalui program kerja bakti di tingkat kecamatan yang diberi nama Jumat Berkah. Namun, masih banyak sampah di sungai.

“Persoalan ini harus diselesaikan bersama. Di sungai kecamatan wilayah perbatasan Mojokerto ada sampah, turun lagi ke Kecamatan Tarik ada sampah. Sampah itu bukan murni dari wilayah Sidoarjo, tetapi upaya menormalisasi sungai oleh teman-teman camat juga sudah. Ini nanti teman-teman camat mempunyai tanggung jawab yang luar biasa. Ada dana, kalau tidak bersih jadi tanggung jawab mereka,” ujarnya.

Dia mengakui, aplikasi PIWK belum jalan, karena ada camat yang belum memahami cara kerja dana swakelola. “Ada camat berpemahaman anggotanya cuma tiga. Bukan begitu swakelola itu. Begitu camat mendapat bantuan, segera membentuk tim internal yang memiliki keahlian menambal aspal, membersihkan sampah. Kan banyak orang-orang di desa yang punya keahlian itu. Harusnya kecamatan membentuk semacam padat karya.”

Hudiyono juga sudah mengkroscek di BPKAD, kecamatan sudah mengambil dana PIWK sebesar 10 persen. “Kan bisa itu untuk penambalan jalan. Ini yang saya kira perlu komunikasi. Teman-teman camat juga memiliki kehati-hatian tinggi dalam proses administrasinya agar tidak dipermasalahkan dengan KPK.”

Terkait penanganan pandemi Covid-19, Hudiyono optimis Kabupaten Sidoarjo bisa segera menjadi zona kuning dan menyelesaikan target vaksinasi lebih cepat dari target.

Sebelum PPKM Mikro, Pemkab Sidoarjo menemukan penanganan yang kurang tepat di sebuah perumahan. “Di perumahan 103 unit rumah, yang terpapar positif ada 8 orang. Setelah kita cek, yang di-tracing hanya 12 orang. Seharusnya minimal kalau 1 orang terpapar, 5 orang dites. Setelah ada PPKM Mikro, RT, RW, dan Satgas baru mengerti. Saya mulai melihat ada gerakan mandiri PPKM Mikro. Di kampungnya ada ruang isolasi, observasi, segera melakukan tracing. Orang masuk diminta surat keterangan sehat, di-rapid test,” kata Hudiyono.

Sedangkan, menurutnya target vaksinasi Covid-19 selesai dalam 4 bulan di Sidoarjo realistis. “Ada 156 tempat vaksinasi di Sidoarjo. Kita hitung mampu 14 ribu sehari. Sidoarjo bisa selesai lebih cepeat. 3,5 bulan selesai karena dari total penduduk 2,3 juta, penduduk dewasa 1,8 juta,” kata dia.(iss/lim)

 

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs