Henry Nur Cahyo yang menulis buku “Sang Nasionalis” menggambarkan sosok Almarhum Tjuk Kasturi Sukadi sebagai Bima dan Yudistira dalam pewayangan.
“Sepak terjang beliau dalam berbagai lini kehidupan memang luar biasa. Di kancah politik, ekonomi, sosial, bahkan seni dan budaya, serta kemasyarakatan beliau selalu hadir. Di Surabaya, bahkan di tingkat nasional,” terang Henry Nur Cahyo, Sabtu (29/5/2021).
Bahkan Tjuk K. Sukiadi demikian beliau biasa disapa, tetap berani dan berusaha memberikan solusi maupun pandangan serta sikap yang tidak mengenal takut. “Layaknya Bima dalam pewayangan,” kata Henry.
Tetapi di balik sikap berani dan memberikan pengayoman bagi yang tertindas, Tjuk dikenal sangat lembut dan punya perhatian cukup besar pada anak-anak. Khususnya pada mereka yang berkebutuhan khusus. Dalam berbagai komunitas sosial, Tjuk ikut terlibat didalamnya.
“Di bidang sosial kemasyarakatan almarhum Tjuk K. Sukiadi sangat concern pada masyarakat khususnya anak-anak berkebutuhan khusus. Bagi saya, ini seperti Yudistira dalam tokoh pewayangan yang punya hati lembut,” tambah Henry.
Henry menulis buku kenangan almarhum Tjuk K. Sukiadi dengan segala aktivitasnya semasa hidup dan diberi judul Sang Nasionalis. Sementara Tjuk K. Sukiadi berpulang pada Januari 2021 lalu.
Henry berharap Sang Nasionalis ini memberikan inspirasi bagi generasi muda untuk dapat menauladani sikap, cara pikir serta keberanian Tjuk K. Sukiadi. (tok/tin)