Jumat, 22 November 2024

Reduksi Pencemaran Lingkungan, Mahasiswa ITS Inisiasi Daur Ulang Limbah Kertas HVS

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
flyer

Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menginisasi daur ulang limbah kertas HVS menjadi asam oksalat yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan industri. Inovasi itu dilakukan seiring terjadinya peningkatan jumlah limbah kertas HVS setiap tahunnya.

Linaniyyatul Masruroh, Ketua Tim Inisiator itu mengatakan, pengelolaan limbah kertas HVS lumrah dilakukan dengan pembakaran yang berdampak buruk bagi lingkungan. Padahal, kata dia, limbah kertas HVS bisa didaur ulang menjadi produk bernilai tinggi.

“Kertas HVS ini mengandung kadar selulosa di atas 90 persen, sehingga bisa diolah menjadi asam oksalat,” ujarnya, Kamis (22/7/2021).

Bersama empat rekannya, yakni Adik Roni Setiawan, Asalina Putri Agung Shaliha, M Yosi Kurniawan, dan Seren Fegrita Septia Karya, dia menginisiasi pengolahan limbah kertas HVS menjadi kristal asam oksalat. “Produk ini dapat dimanfaatkan untuk metal cleaning, pencampuran bahan pewarna, dan masih banyak lagi,” kata Lina.

Sebelum diolah, Lina menjelaskan, kertas HVS akan melalui tahap pre-treatment berupa removing ink terlebih dahulu. “Tidak hanya menghilangkan tinta, pada tahap ini juga untuk meningatkan kadar selulosa yang meningkatkan produksi asam oksalat sebesar 20 persen,” kata Lina mahasiswa ITS angkatan 2017 ini.

Pada tahap pre-treatment, kertas HVS ditimbang dan dicampur dengan senyawa kalium permanganat (KMnO4) 50 persen yang berfungsi memisahkan lignin dari selulosa. Selanjutnya, kertas dicelupkan dalam senyawa hidrogen peroksida (H2O2) 65 persen untuk menghilangkan tinta lalu dibasuh kembali menggunakan akuades.

Kertas HVS dihidrolisis menggunakan senyawa alkali kuat yaitu natrium hidroksida (NaOH) 40 persen dan dipanaskan pada suhu 65°C selama 80 menit. “Pada suhu dan durasi ini asam oksalat yang dihasilkan lebih banyak dan optimal,” tambah Lina.

Setelah tahap pemanasan, lanjut Lina, larutan didinginkan dan disaring. Sisa endapan kemudian dicuci dengan akuades hangat (kisaran suhu 50-60°C). Sisa endapan hasil hidrolisis ini lalu ditambahkan kalium klorida (CaCl2) 10 persen hingga terbentuk endapan putih kalsium oksalat.

Endapan putih kalsium oksalat disaring dahulu lalu ditambahkan 100 mililiter asam sulfat (H2SO4) 96 persen hingga terurai menjadi asam oksalat dan kalsium sulfat.

“Asam oksalat diambil dari proses penyaringan dan dicuci menggunakan etanol 96 persen,” papar Lina. Lina melanjutkan bahwa senyawa asam oksalat ini dipanaskan hingga suhu 70°C lalu didinginkan dalam air es sekitar 24 jam. Hal ini bertujuan untuk membentuk kristal asam oksalat berupa kristal jarum berwarna putih.

Terakhir, kristal asam oksalat ini melalui tahap pengujian titrasi dan uji titik leleh. Hasil analisa menunjukkan bahwa setiap 600 gram kertas HVS dapat menghasilkan 3,9 gram asam oksalat dengan titik leleh antara 100-110°C. “Produk ini sudah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) di mana titik lelehnya ialah 101-102°C,” tegas Lina.

Menampilkan karya tulis bertajuk “Utilization of HVS Paper Waste for The Manufacture of Oxalic Acid”, lima mahasiswa Departemen Teknik Kimia Industri ITS di bawah bimbingan dosen Ir Agung Subyakto MS ini telah berhasil meraih medali perunggu dalam ajang International Invention Competition for Young Moslem Scientists (IICMYS) 2021 pada kategori Environment.

Lina berharap agar penelitian ini bisa menjadi terobosan dan inovasi baru dalam peningkatan nilai limbah kertas HVS dan meminimalisir pencemaran lingkungan akibat pengelolaan limbah yang tak ramah lingkungan. “Harapannya produk asam oksalat ini dapat memenuhi kebutuhan industri dalam negeri,” kata Lina.(tok/den)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs