Jumat, 22 November 2024

Psikolog: Keluarga Seharusnya Miliki Fungsi Protektif dan Membuat Anak Merasa Aman

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Ilustrasi. Foto: Freepik

Maraknya kasus narkoba yang dengan pelaku anak-anak dan remaja menyorot perhatian publik, salah satunya Ersa Lanang Sanjaya psikolog keluarga. Menurutnya, keluarga memiliki peran yang sangat vital untuk menjauhkan anak dari jeratan narkoba.

Dosen Universitas Ciputra Surabaya itu mengatakan, keluarga seharusnya memiliki fungsi protektif yang berperan selama tumbuh kembang anak. Begitu juga saat anak beranjak remaja dan mulai membangun lingkaran pergaulan.

Terlebih lagi di masa pubertas di mana anak mengenali banyak hal baru, keluarga seharusnya menjadi tempat yang membuat mereka merasa aman dan nyaman. Jangan sampai, ada jarak antara orangtua dan anak sehingga anak lebih meluapkan perasaannya ke pergaulan yang salah.

“Saat puber anak mengalami banyak hal baru. Lalu apakah mereka punya faktor protektif di rumah? apakah rumah membuat mereka nyaman dan tidak kosong? Keluarga adalah sistem dan fungsi yang seharusnya berperan,” kata Ersa kepada Radio Suara Surabaya, Rabu (27/10/2021).

Rumah, lanjutnya, seharusnya menjadi tempat yang nyaman dan menenangkan bagi anak setelah pulang sekolah, dan bagi orangtua setelah seharian bekerja. Karena kerapkali tanpa sadar, orangtua sesampainya di rumah malah meluapkan kekesalannya atas pekerjaan di kantor.

Ersa menekankan, sebagai orang dewasa dalam keluarga, sudah semestinya orangtua mampu menahan itu dan bersikap bijak. Karena anak juga berhak mendapatkan kasih sayang selain kecukupan fisik dan materi.

Selain itu, dalam keluarga juga sangat perlu untuk membangun konektifitas dan kepercayaan. Kepercayaan itu tentu harus dibangun dengan sistem yang baik agar muncul keterbukaan dan kenyamanan antara keduanya.

“Penting sistemnya sebagai keluarga dibangun, harus ada kehangatan dan rasa aman. Itu bisa dibangun dengan rutinitas kecil seperti makan bersama dan berdiskusi. Jadi ada interaksi,” ujarnya.

Ia menekankan pentingnya kualitas daripada kuantitas dalam interaksi keluarga. Jangan sampai semua anggota keluarga memiliki banyak waktu di rumah tapi malah asyik dengan gadget masing-masing.

Jika memang kondisinya kedua orangtua sama-sama bekerja dan memiliki sedikit waktu untuk anak, maka yang seharusnya dilakukan adalah memanfaatkan waktu sebaik-baiknya saat di rumah untuk berbincang. Jika akhir pekan, lebih banyak meluangkan waktu menghabiskan waktu bersama keluarga.

Tujuannya, agar orangtua juga mengenal anak mereka dengan baik. Karena kadangkala, orangtua merasa sudah mengenal anak mereka dengan baik. Padahal, anak adalah manusia yang berbeda dengan mereka.

“Ada diskusi, ada liburan. Jadi titik-titik bapak, ibu dan anak itu terhubung. Akhirnya anak bisa membangun trust (kepercayaan) dan kalau ada masalah dia cerita,” tambahnya.

Ersa juga mengingatkan pentingnya pola pengasuhan yang kompak oleh kedua orangtua. Pengasuhan yang buruk tentu akan berdampak pada tumbuh kembang anak. Menjadi orangtua adalah tanggungjawab besar sehingga harus memberikan yang terbaik untuk diajarkan ke anak mereka.

“Saat kita melihat media, punya anak itu happy. Padahal, kita juga berpeluang menambah orang tidak baik di dunia ini. Sebagai orangtua seharusnya siapkan yang terbaik. Tidak cuma fisik dan materi, tetapi norma agama, sosial dan moral. Itu harus dibangun,” ungkapnya.(tin/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs