Sabtu, 23 November 2024

Polda Jatim Gerebek Prostitusi Berkedok Rumah Karaoke di Blitar

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Kombes Pol Gatot Repli Handoko Kabid Humas Polda Jatim dalam konferensi pers Jumat (19/3/2021). Foto: Denza suarasurabaya.net

Kepolisian Daerah (Polda) Jatim menetapkan seorang perempuan yang sering dipanggil Bunda sebagai tersangka kasus dugaan prostitusi di rumah karaoke Next KTV di Blitar.

Kombes Pol Gatot Repli Handoko Kabid Humas Polda Jatim mengatakan, penggerebekan pada Rabu (10/3/2021) dini hari lalu menindaklanjuti informasi dari masyarakat.

“Ada salah satu tempat karaoke di Blitar yang menurut informasi dari masyarakat, menyediakan prostitusi. Kemudian ditindaklanjuti, ternyata benar,” ujarnya dalam konferensi pers Jumat (19/3/2021).

Dalam penggerebekan itu polisi mengamankan Bunda yang diduga mucikari. Tersangka diduga menyediakan jasa dan tempat prostitusi lengkap dengan lady companion (LC)-nya.

Ada lima orang perempuan yang seharusnya hanya menjadi LC tapi juga dikaryakan untuk melayani hasrat para lelaki hidung belang dengan tarif antar Rp800 ribu sampai Rp1 juta. Si Bunda sendiri dapat 20-30 persen.

AKBP Nasrun Pasaribu Wakil Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Jatim menambahkan, polisi mengamankan Bunda bersama para LC di tempat kejadian beserta sejumlah barang bukti.

Sejumlah barang bukti itu antara lain celana dalam pria dan wanita, alat kontrasepsi, dan uang tunai senilai Rp2,3 juta berikut kode booking LC sebagai bukti terjadinya transaksi prostitusi.

AKBP Nasrun juga memastikan, polisi sudah mengidentifikasi seluruh perempuan LC yang turut terciduk dalam penggerebekan itu. “Ada lima LC. Tidak ada korban di bawah umur,” kata Nasrun.

Polisi sigap melakukan penggerebekan prostitusi berkedok karaoke ini, kata Nasrun, mengingat saat ini masih dalam masa penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro.

“Karena saat ini masih dalam masa pelaksanaan PPKM Mikro, makanya kami menindak cepat informasi yang kami dapatkan dari masyarakat tentang keberadaan prostitusi ini,” katanya.

Sementara itu, Bunda, sang tersangka yang diduga sebagai mucikari prostitusi mengaku menyediakan jasa “esek-esek” ini karena alasan klasik. Kepada polisi dia beralasan, dia lakukan itu untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.

Akibat perbuatannya Bunda terjerat pasal 296 KUHP atau Pasal 506 dengan ancaman hukuman 1 tahun 4 bulan penjara.(den/tin)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
27o
Kurs