Jumat, 22 November 2024
OPOP Jawa Timur

Pesantren Al Mubarokah Porong Usaha Penggilingan Beras Demi Dukung Ketahanan Pangan

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Gabah atau bulir padi sebelum digiling di Pondok Pesantren Al Mubarokah Porong, Sidoarjo. Foto: dok. Suara Surabaya

Pondok Pesantren Al Mubarokah Porong Sidoarjo selain mengajarkan para santri untuk mengaji dan bidang keagamaan, juga mengembangkan bisnis usaha sendiri, yakni usaha penggilingan beras.

Hj. Nurul Millah Ketua Kopontren Al Mubarokah mengatakan, usaha penggilingan beras ini sebenarnya sudah ada lebih dulu dibanding Pesantren, tepatnya sejak 1982. Baru 11 tahun kemudian berdirilah Pesantren Al Mubarokah.

Ia dan para pengurus pondok yang lain selalu menekankan pentingnya bekal berwirausaha dan bisa memberdayakan masyarakat. Prinsip itulah yang diterapkan di Pondok Pesantren Al Mubarokah Porong Sidoarjo untuk para santri lewat usaha penggilingan beras.

“Kamu kalau keluar pondok nanti jangan sampai berharap jadi pegawai, tapi kamu harus bercita-cita bagaimana caranya memiliki pegawai. Makanya disini kamu bisa mandiri, usaha apapun yang bisa merekrut pegawai,” ujarnya.

Usaha penggilingan beras dipilih karena beras adalah sumber ketahanan pangan bangsa Indonesia. Beras juga kebutuhan pokok yang akan selalu dicari.

“Beras itu tetap dibutuhkan masyarakat Indonesia sehingga perusahaan ini berdiri atas dasar kebutuhan masyarakat,” kata Ustazah Nurul.

Untuk padinya, pihak pondok membeli langsung dari para petani. Hasil dari penggilingan tidak hanya beras, tetapi juga katul dan sekem. Banyaknya macam hasil gilingan itu mengharuskan Pesantren Al Mubarokah mendirikan satu cabang lagi di tahun 2010.

Usaha penggilingan beras ini tidak hanya melibatkan para ustaz/ustazah dan para santri, tetapi juga warga sekitar.

“Banyak sekali melibatkan masyarakat, petani, penjemur gabah, penggiling gabah dan yang memasarkannya,” ujarnya.

“Santri terlibat, ya jelas. Karena kita memberikan bekal ilmu usaha untuk mereka kelas kalau sudah keluar dari pondok jadi ini sistem pertanian penjemuran gabah sampai kering,” tambahnya.

Hanya saja, tantangan dari usaha penggilingan gabah ini adalah modal. Bahkan, ia sering kalah cepat dengan pengusaha besar untuk mendapatkan gabah ini.

“Jadi, masyaAllah, jangankan panen raya, panen lokal aja kita kalah cepat membeli gabah. Kalah dari pengusaha-pengusaha besar sehingga kita tidak bisa menumpuk karena cepet-cepatan,” imbuh Ustazah Nurul.

Meski begitu, ia menjamin bahwa hasil berasa yang dihasilkan dengan kualitas yang baik dan mutu terjamin.

“Beras yang kami produksi dan pesantren ini original, artinya kita tidak memakai pemutih jadi ya asli langsung dari mesin langsung kita kemas,” tutupnya.(tin)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
29o
Kurs