Sabtu, 23 November 2024

Peredaran Uang Palsu di Mojokerto Sasar Pedagang Pentol

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Gatot, pedagang pentol di Mojokerto menunjukkan uang palsu Rp100 ribu yang dia dapatkan. Foto: Fuad Maja FM untuk suarasurabaya.net

Peredaran uang palsu (upal) kembali muncul di Mojokerto. Sejumlah pedagang kaki lima menjadi sasaran empuk para pembeli yang mengunakan uang palsu tersebut.

Seperti yang dialami seorang pedagang pentol bernama Gatot (42) warga Kelurahan Wates, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto.

Dia menjadi korban peredaran uang palsu pecahan Rp100 ribu saat menjajakan di kawasan Dam Rolak Songo, Desa Lengkong, Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto, pada Kamis petang (25/2/2021).

Saat dikonfirmasi, Gatot mengaku baru menyadari uang yang diterimanya dari seorang pemuda setelah membeli rokok di salah satu warung.

“Saya baru tahu kalau itu (uang,Red) palsu itu diberi tahu oleh penjual rokok. Setelah saya beli uang saya dikembalikan katanya palsu, untung rokoknya belum saya buka,” ungkapnya, Sabtu (27/2/2021).

Dia menceritakan, kejadian itu terjadi sekitar pukul 18.00 WIB. Saat itu dia sedang berjualan pentol seperti biasa di tikungan jembatan Rolak Songo.

Ketika sedang sepi pembeli, seorang pemuda yang diperkirakan berusia kisaran 20 tahun datang dengan menggunakan sepeda motor.

“Ciri-cirinya, kelihatanya seperti masih anak SMA. Dia pakai motor Mega Pro memakai jaket dan celana pendek,” terangnya.

Usai datang, lebih lanjut pemuda ini memesan pentol Rp20 ribu. Saat memesan pemuda ini terlihat cukup gugup dan tergesa-gesa.

’’Saat itu dia pesennya Rp20 ribu. Karena banyak, ya saya semangat, meski saat itu saya baru dapat uang kisaran Rp50 lebih,” ungkapnya sembari menunjukkan uang palsu yang diterimanya.

Setelah menerima pesanannya, pelaku memberi uang pecahan Rp100 ribu kepada Gatot. Sesuai dengan harga, dia memberi kembalian ke pelaku sebanyak Rp80 ribu. Setelah menerima kembaliannya, pelaku pun buru-buru meninggalkan lokasi.

Raut wajah gembira pun sempat mewarnai Gatot saat melayani pembeli dagangannya. Setelah pelaku pergi, dia baru menaruh curiga ketika uang itu dipakainya untuk membeli rokok di warung sekitar lokasi.

Uang tersebut diduga palsu karena ciri-cirinya berbeda jauh dengan uang asli. Mulai dari teksturnya yang lebih halus dari uang asli. Hal ini juga telihat dari kertasnya yang lebih tipis dan mudah lecek. Selain itu juga tak tampak pita benang yang melintang di kertas uang.

Namun, satu hal yang paling membedakan, tidak ditemukan gambar tokoh ketika uang tersebut diterawang di bawah cahaya.

Disingung soal pelaku, dia mengaku tidak mengetahui persis identitas pelaku. Namun, dari ciri-cirinya, pelaku kerap terlihat di sekitar lokasi. ’’Tapi saya sering lihat anak ini (pelaku) sering ngopi di warkop sekitar sini,’’ terangnya.

Menurutnya, penipuan dengan uang palsu ini tidak hanya dialaminya. Beberapa waktu yang lalu seorang penjual bakso di Desa Lengkong, Kecamatan Mojoanyar, juga menjadi korban uang palsu.

Modusnya pun sama. Pelaku membeli dagangan dengan uang pecahan Rp100 ribu yang ternyata palsu.

Usai kejadian tersebut dia memilih untuk pulang lebih cepat. “Usai kejadian itu saya langsung pulang, saya hanya bawa pulang uang untuk anak istri Rp50 ribu lebih,” tandasnya.(fad/iss/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Sabtu, 23 November 2024
26o
Kurs