Perbaikan jalan yang ambles di tol Cikopo-Palimanam (Cipali) KM 122+400 diperkirakan sampai 1,5 bulan, untuk sementara kendaraan yang melintas di daerah itu dilakukan lawan arah.
“Perbaikan jalan diperkirakan memakan waktu satu setengah bulan,” kata Agung Prasetyo Direktur Operasi ASTRA Tol Cipali melalui pesan tertulis yang diterima di Cirebon, Selasa (9/2/2021) dilansir Antara.
Menurut Agung, setelah terjadi adanya jalan yang ambles, pihaknya langsung berkoordinasi dengan kontraktor untuk perbaikan.
Namun setelah peninjauan di lokasi, maka perbaikan membutuhkan waktu cukup lama, sehingga pihak tol Cipali membuka lajur sementara di bahu jalan agar bisa mengurangi beban lalu lintas.
“Untuk mengurangi beban lalu lintas, akan dibangun lajur sementara di median, diperkirakan memakan waktu sampai 10 hari,” tuturnya.
Agung mengatakan untuk panjang jalan yang ambles yaitu sekitar 40 meter dan pertama kali ditemukan adanya retakan di daerah tersebut pada 8 Februari 2021 sekitar pukul 16.00 WIB,
Akan tetapi dengan intensitas dan curah hujan tinggi mengakibatkan banyak volume air yang masuk melalui retakan, ditambah kendaraan berat yang melintas untuk menghindari banjir di jalur Pantura.
“Sehingga keretakan bertambah besar hingga jalan tidak bisa dilewati kendaraan,” katanya.
Sementara Andiani Kepala PVMBG mengatakan erosi yang terjadi menyebabkan tanah bergerak. Meski begitu, menurutnya pergerakan yang terjadi di jalan Tol Cipali itu relatif lambat.
“Kemungkinan material timbunan yang kurang padu atau mudah tererosi. Lalu adanya pengaruh dari erosi air permukaan di kaki lereng mengingat lokasinya yang berada tidak jauh dari sungai besar,” kata Andiani dalam keterangannya di Bandung, Jawa Barat, Selasa.
Berdasarkan analisanya, ruas jalan tol yang ambles itu berada pada wilayah yang memiliki potensi gerakan tanah rendah. Pada zona seperti itu, menurutnya jarang terjadi gerakan tanah kecuali pada kawasan yang berbatasan dengan lembah sungai.
“Gerakan tanah yang lama telah mantap kembali,” kata dia.
Adapun kawasan itu menurutnya juga merupakan termasuk daerah yang landai hingga agak curam dengan kemiringan lereng kurang dari 20 derajat.
Selain itu, di daerah tersebut pun tersusun oleh batu pasir tufaan, lempung, dan konglomerat. Namun ia memastikan tidak ada struktur geologi berupa lipatan atau sesar di sekitar area gerakan tanah.
“Jenis gerakan tanah berupa endapan lambat atau rayapan yang ditandai dengan retakan pada badan jalan,” katanya.
Untuk itu, menurutnya pihak PVMBG merekomendasikan untuk segera menutup retakan dengan dipadatkan kembali agar air tidak meresap yang bisa mempercepat pergerakan tanah.
Menurutnya hal itu perlu segera dilakukan mengingat curah hujan yang masih tinggi guna, menghindari jatuhnya korban jiwa dan kerugian yang lebih besar.
“Mengarahkan aliran air permukaan agar menjauhi area retakan, kemudian membuat perkuatan lereng di tepian badan jalan yang berada di dekat dengan sungai untuk mengurangi laju erosi dan meningkatkan kestabilan lereng,” katanya.(ant/dfn/ipg)