Senin, 25 November 2024

Perayaan Natal Bersama Hari Perjuangan Perempuan, Roemah Bhinneka Rayakan Keberagaman

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Perayaan Natal berbarengan peringatan Hari Perjuangan Perempuan Indonesia digelar Roemah Bhinneka. Diikuti masyarakat lintas agama. Foto: Humas Roemah Bhinneka

Roemah Bhinneka menggelar perayaan Natal dengan melibatkan pemuda-pemudi lintas agama sebagai panitia pelaksana. Sebuah perayaan Natal berbeda yang dihelat bersamaan dengan peringatan Hari Perjuangan Perempuan Indonesia pada 22 Desember 2021. Tema yang dipilih adalah semangat warna-warni dalam keberagaman Indonesia.

“Ini murni perayaan akan keberagaman. Kami sengaja meminimalkan simbol-simbol atau atribut-atribut agama. Hanya sebuah salib dari kayu saja yang muncul dalam acara ini, sebab fokus kami adalah pada kebahagiaan kebersamaan Indonesia ini,” kata Listia Masruroh Ketua Panitia dan Pelaksana acara.

Sebagai refleksi keberagamaan, Aan Anshori dari Jaringan Islam Anti Diskriminasi (JIAD) turut hadir dan memberikan pandangannya terkait hidup berdampingan dalam keberagaman.

“Menurut saya, ini adalah kali pertama pemuda-pemudi lintas agama, secara khusus ketua pelaksananya adalah seorang pemudi Muslimah yang menjadi panitia Natal untuk umat Kristiani. Hal-hal seperti ini harus didukung dan diteruskan pada acara-acara perayaan keagamaan yang lain,” kata Aan.

Tak hanya Roemah Bhinneka dan Aan Anshori dari JIAD, sejumlah kalangan dan komunitas lain turut hadir mewarnai dan membagikan pandangan di acara itu. Di antaranya Solitaris (Komunitas Disabilitas), GUSDURian Surabaya, Jogoboyo Millenial, Voice Of Youth, Young Buddhist Association, GEMA INTI, PMKRI, GMKI, serta pemuda-pemudi lintas agama dan kepercayaan lainnya.

Iryanto Susilo founder dari Roemah Bhinneka mengatakan, perayaan Natal memang tidak melulu harus di dalam gereja dengan segala liturgi atau ritual keagamaan Kristiani saja. “Justru perayaan Natal bisa jadi wadah memikirkan dan berbuat sesuatu bagi Indonesia tanpa melihat suku, agama, ras, dan latar belakang seseorang. Karenanya memang harus semakin meng-Indonesia.”

Pernyataan itu juga dipertegas Pdt. Andri Purnawan yang mengatakan, “Natalan kali ini memang Natal yang subversif. Yang mana perayaannya tidak di gereja, ketua pelaksananya bukan Kristiani melainkan Muslimah, yang diundang juga lintas agama, komunitas, bahkan lintas gender. Bagi saya, ini mirip natal 2.000 tahun yang lalu ketika Yesus Kristus tidak memandang siapa pun yang hendak mengunjungi-Nya.”

Perayaan Natal itu diakhiri deklarasi komunitas Roemah Bhinneka Moeda, sebuah komunitas yang terdiri dari pemuda-pemudi dari berbagai latar belakang suku dan agama, seperti disampaikan Yuska Harimurti dari Roemah Bhinneka. Komunitas ini juga terdiri dari pemuda-pemudi lintas agama yang dikoordinatori oleh Listya dan Izza yang sama-sama perempuan dan Muslimah.

Menanggapi itu, Alma Erina Aktivis Roemah Bhinneka mengatakan, “besar harapan kami dengan adanya Roemah Bhinneka Moeda ini banyak anak muda di Indonesia bisa saling bersinergi dalam kerja-kerja sosial kebhinnekaan. Selain itu, komunitas ini juga membuktikan, generasi milenial (moeda) tidak semua apatis atau skeptis terhadap keberagaman. Justru, harapannya, mereka menjadi promotor gerakan inklusif di lingkungan mereka masing-masing,” kata Alma Erina.(tok/tin/den)

Berita Terkait

Surabaya
Senin, 25 November 2024
35o
Kurs