Febria Rachmanita Kepala Dinkes Kota Surabaya mengatakan, hingga Jumat (11/6/2021) pukul 03.00 WIB, pihaknya sudah melakukan rapid antigen kepada 15.524 pengendara yang melintas di Jembatan Suramadu. Hasilnya, dari total jumlah 15.524 pengendara, sebanyak 316 positif rapid antigen.
“Positif antigen ada 316 orang. Kemudian kita swab PCR yang positif ada 130 orang. Dari 130 orang ini kita evakuasi ke rumah sakit lapangan. Ada beberapa yang di rumah sakit lain juga. Tapi intinya yang 130 ini sudah keluar dari Asrama Haji,” kata Febria di Balai Kota Surabaya, Jum’at (11/6/2021).
Pihaknya mengaku sudah menyerahkan data hasil penyekatan ini ke Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Timur. Data yang diserahkan ini, merupakan jumlah warga luar Surabaya yang positif berdasarkan swab PCR. Melalui data itu, nantinya bakal menjadi rujukan bagi petugas untuk melakukan pelacakan.
“Data penyekatan sudah ke Dinkes provinsi. Nanti yang tracing dari provinsi dan daerah asalnya. Kecuali mereka ada keluarga di Surabaya. kita yang tracing,” katanya.
Berdasarkan evaluasinya, Febria menyebut, bahwa saat ini para pengendara yang ingin masuk ke Surabaya mencoba untuk menghindari screening di Jembatan Suramadu. Caranya, mereka melintas Jembatan Suramadu saat tengah malam atau dini hari untuk menghindari petugas.
“Mereka pengendara mau masuk ke Surabaya tengah malam karena sepi nggak ada yang lewat. Sekarang mereka datang jam satu pagi ke atas. Padahal petugas masih di situ. Sampai jam tiga pagi masih ramai,” jelasnya.
Oleh sebab itu, Febria menegaskan, bahwa pola penyekatan yang dilakukan saat ini harus diubah. Ini untuk mengantisipasi lolosnya para pengendara yang akan masuk ke Surabaya. Salah satu caranya adalah dengan memperbanyak jumlah petugas di lapangan saat tengah malam hingga dini hari.
“Taktiknya ini harus diubah. Jam duabelas sampai enam pagi harus lebih banyak petugas. Jam-jam itu sudah kami ketati,” katanya.
Febria juga mengingatkan masyarakat agar mewaspadai tingginya mobilitas saat perayaan Hari Raya Idul Adha. Untuk mengantisipasi hal itu, pihaknya memastikan akan terus memasifkan langkah 3T, yakni testing, tracing, dan treatment. Namun, dia juga berharap kepada warga beserta pemerintah daerah di luar Surabaya supaya melakukan hal yang sama.
“Langkahnya di sini Surabaya dan di luar daerah, protokol kesehatan harus ketat, 3T harus dimasifkan. Yang nomor satu masyarakat harus taat. Tidak bisa hanya di Surabaya yang melakukan, inikan mobilitas manusianya besar,” tegas Febria. (man/iss)