Jumat, 22 November 2024

Penyebab Leptospirosis, Jangan Buang Bangkai Tikus Sembarangan!

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Ilustrasi.

Barangkali setiap Anda melewati sebuah daerah perkampungan sering menemui bangkai tikus di tengah jalan. Mulai bangkai yang masih basah sampai yang sudah kering dan sudah terlindas kendaraan.

Atau Anda juga kerap menemui bangkai tikus di sungai atau selokan?

Banyak yang mengira, membuang bangkai tikus di aliran air atau jalan adalah hal lumrah. Namun tahukah Anda, bangkai tikus dapat menjadi sumber penularan penyakit berbahaya?

Kepada Radio Suara Surabaya, Prof Ririh Yudhastuti Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Unair mengatakan, bangkai tikus yang dibuang sembarangan bisa menyebarkan penyakit.

Nama penyakit itu Leptospirosis. Penyakit ini terdapat pada air kencing/urine tikus yang mengandung kuman leptospira.

Prof Ririh menjelaskan, bahaya penyakit leptospirosis bukan kepada darah, namun lebih kepada ginjal yang ada di bangkai tikus yang mengandung kotoran dan air kencing.

Bila seekor tikus mati, kotoran atau urine hewan itu yang keluar dari ginjal bisa menjadi sumber kuman yang bisa menular.

“Orang bisa terkena kalau tidak memakai alas kaki, melalui pori-pori kaki dan dari sana masuk ke pembuluh darah menuju ke hati,” jelasnya pada Minggu (10/10/2021).

Begitu juga saat tikus dibuang di sungai maupun selokan. Air kencing tikus yang menyebar dapat menimbulkan risiko leptospirosis bagi warga setempat.

Sehingga tidak heran jika penyakit ini banyak ditemukan di daerah-daerah kumuh atau daerah yang rawan banjir.

“Bangkai tikus bahaya dibuang di air tergenang maupun air mengalir. Makanya penyakit ini secara epidemiologi ada di daerah-daerah rawan banjir seperti Jakarta, juga Bojonegoro dan Gresik,” ujarnya.

Ririh menambahkan, penyakit leptospirosis ini juga banyak menimpa para pekerja di bidang kebersihan, seperti petugas cleaning service sampai petugas persampahan.

Dia pun meminta masyarakat untuk lebih mewaspadai penyakit ini dengan terus menjaga kebersihan lingkungan. Terutama dengan tidak membuang bangkainya sembarangan.

Karena, bukan tidak mungkin, keluarga kita sendiri yang terdampak. Leptospirosis ini tidak jarang menyerang anak-anak di bawah 14 tahun atau orang dewasa di atas 55 tahun yang kekebalan tubuhnya termasuk rentan.

Menurut Ririh, ciri-ciri penyakit leptospirosis hampir sama dengan hepatitis. Mulai dari demam, gangguan hati dan tubuh, serta mata yang berwarna kekuning-kuningan.

“Oleh karena itu biasanya diagnosa bandingnya seperti hepatitis karena warnanya kuning dan matanya kekuning-kuningan. Bedanya kalau hepatitis penyebabnya virus, kalau leptospirosis bakteri leptospira,” paparnya.

Untuk tidak membuang bangkai tikus sembarangan demi mengurangi risiko penularan leptospirosis, cara yang dia sarankan adalah dengan mengubur bangkai itu atau membakarnya.

Namun, jika masyarakat tidak memiliki tanah cukup untuk mengubur atau lahan yang memadai untuk membakar, bangkai tikus bisa tetap dibuang di tempat pembuangan sampah.

“Caranya dengan disemprot disinfektan, dibungkus, baru dibuang dengan harapan 1×24 jam sudah ada petugas sampah yang rutin mengambil sampah. Atau kalau ada tanah bisa langsung dikubur, atau dibakar,” katanya.(tin/den)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs