Soepomo Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya menegaskan, Pemkot Surabaya akan menyiapkan generasi corona ini menjadi generasi yang punya keahlian.
Sejumlah kegiatan sudah diinisiasi oleh Pemkot Surabaya. Salah satunya, kegiatan semacam diskusi pelajar dengan menggandeng media massa.
“Ini kami banyak melakukan kegiatan. Intinya kami masih menghadirkan siswa tapi tidak banyak, dan dalam protokol kesehatan yang sangat ketat, untuk diskusi di media,” ujarnya, Senin (8/2/2021).
Dia paparkan, diskusi itu menghadirkan misalnya lima orang anak, yang mana salah satu dari mereka akan memaparkan gagasan atau ide lalu dibahas bersama empat temannya yang lain.
“Itu nanti akan ditayangkan di televisi. Kedua, kami juga bikin podcast. Nanti ada anak yang mewawancarai dan ada tamu yang mereka undang. Semacam talk show,” katanya.
Melalui kegiatan-kegiatan seperti itu, Pemkot Surabaya ingin mempertajam keberanian siswa-siswi SD maupun SMP untuk mengungkapkan ide, gagasan, dan cita-cita mereka.
“Supaya mereka mampu mengeksplorasi semua kemampuannya,” ujarnya.
Dalam situasi pandemi Covid-19 seperti sekarang, Supomo juga memaparkan, Pemkot Surabaya menggelar sejumlah kegiatan lomba kreatif meliputi stand-up comedy dan tik-tok.
“Macam-macam, yang kemudian kami sesuaikan degan kondisi pandemi ini. Supaya anak-anak itu tetap melakukan kegiatan positif meski serba terbatas di masa sekarang,” katanya.
Semua kegiatan yang digelar itu dia upayakan berbasis digital. Selain karena generasi sekarang akrab dengan dunia digital dan internet, perkembangan industri ke depan juga demikian.
“Saya pernah membaca, era industri ke depan itu dari sisi listrik dan teknologi. Banyak perusahaan yang mulai mengubah diri ke sana. Misalnya, nanti kalau semua sudah pakai mobil listrik, pom bensin kan tidak ada,” ujarnya.
Supomo sendiri meyakini, hakikat hidup ini adalah beradaptasi dengan perubahan. Seperti ungkapan, “hari ini harus lebih baik dari kemarin, dan besok harus lebih baik dari hari ini”.
“Itu, kan, sebenarnya menunjukkan filosofi perubahan. Seseorang yang tidak melakukan apa-apa pun akan berubah. Contoh, saya, tidak ngapa-ngapain, dulu rambut saya hitam sekarang jadi putih. Nah, kan?” ujarnya.
Seiring penghilangan Ujian Nasional dan rencana pemerintah menerapkan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) untuk mengukur kualitas pembelajaran sekolah tertentu, Pemkot Surabaya juga sudah berbenah.
“Kami tidak mengutamakan penilaian, tapi kemampuan dia menguasai skill itu yang penting, demi menyiapkan generasi yang punya keahlian. Nanti kalau sudah agak longgar, kami adakan pelatihan,” ujarnya.
Beragam pelatihan itu akan disesuaikan dengan minat dan kemampuan masing-masing anak. Misalnya bagaimana mereka mampu menguasai tekni menjadi seorang juru masak atau chef.
“Supaya apa? Nanti kalau sudah lulus dan kesulitan mencari pekerjaan, mereka akan mengingat lagi, dia punya keahlian apa? Potong rambut, misalnya. Akhirnya dari situ, ijazahnya tidak terpakai,” katanya.(den/iss/ipg)