Jumat, 22 November 2024
Hari Pendidikan Nasional

Pandemi Masih Jadi Persoalan Terbesar di Dunia Pendidikan

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Upacara Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) 2018 dan Hari Otonomi Daerah ke-22 di halaman Taman Surya, Rabu (2/5/2018). Foto: Humas Pemkot Surabaya

Memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas), Muhammad Iqbal Praktisi Pendidikan mengungkapkan persoalan terbesar dunia pendidikan saat ini, masih terkait dengan situasi pandemi.

“Pandemi ini memicu berbagai perubahan dan transformasi pendidkan,” kata Iqbal yang juga menjadi dosen Psikologi Ubaya pada radio Suara Surabaya, Minggu (2/5/2021).

Menurutnya salat satu transformasi yang terjadi adalah perubahan dari pembelajaran tatap muka ke pembalajaran digital dan saat ini, baik sekolah maupun siswa mau belajar dan sudah mulai terbiasa.

Namun, pria yang juga menjabat sebagai Kepala SD Khadijah Wonorejo ini mengungkapkan masih ada anak-anak yang terkendala dalam pembelajaran daring karena kondisi perekonomian keluarga yang berubah dan berdampak pada anak-anak yang putus sekolah.

“Namun yang terberat adalah saudara-saudara kita yang kemampuan ekonominya berubah, ada kendala-kendala biaya belajar. Namun sudah disubsidi pemerintah. Selain itu, kendala lain berupa gadget dan sinyal juga membuat beberapa wali murid keberatan sehingga mungkin terpaksa stop atau pindah ke sekolah yang biayanya lebih ringan,” ungkapnya.

Ia mengungkapkan, pemerintah tidak menutup mata mengatasi anak-anak yang putus sekolah karena permasalahan biaya.

“Pemkot Surabaya juga sudah beruapaya sangat keras, sampai anak-anak yang tidak sekolah dicari itu,” tambahnya.

Selain pemerintah kota, menurutnya, seluruh elemen masyarakat juga berperan menghadapi musuh utama, pandemi.

“Kebersamaan kita, bahwa pandemi ini harus bersama-sama segera kita akhiri dengan upaya-upaya yang telah diinisiasi pemerintah dengan nggak mudik, vaksin dan mencegah penularan. Saya yakin pelan-pelan dan dalam waktu singkat kita bisa atasi,” ujarnya.

Untuk diketahui, Kementrian Pendidikan dan Budaya yang saat ini bergabung dengan Kementrian Riset dan Teknologi menetapkan kurikulum Merdeka Belajar untuk dunia pendidikan di Indonesia.

Berkaitan dengan itu, Iqbal memaknai Merdeka Belajar sebagai suatu kurikulum yang membuat semua pihak dalam dunia pendidikan sama-sama belajar.

“Merdeka Belajar itu kita semua sama-sama belajar. Guru belajar dari tatap muka ke digital, murid diminta untuk study center, artinya mereka tetap memerhatikan guru tapi fokus utamanya ada pada mereka sendiri. Orang tua juga diminta menjadi pendamping guru di rumah, full, ” jelasnya.

Baginya, itu menjadi kinerja yang sangat baik antara guru, orang tua, dan siswa.

Berkaitan dengan Hardiknas, ia juga berpesan agar seluruh elemen dapat mewujudkan bangsa yang lebih baik.

“Ada tiga hari yang patut kita perhatikan. Hardiknas, Hari Guru dan Hari Ibu. Meski ketiga hari ini seperti tidak ada benang merahnya, tapi menurut saya ketiganya menjadi satu kesatuan unutk mengubah bangsa ini lebih baik, ” tutupnya.(frh/iss)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs