Jumat, 22 November 2024

Pandemi Covid-19, FK Ubaya Pilih Metode Hybrid Learning

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Surabaya (Ubaya) melakukan praktek di sebuah rumah sakit. Foto: humas Ubaya

Di pandemi Covid-19, pendidikan tahap profesi Fakultas Kedokteran Universitas Surabaya (Ubaya) terapkan metode hybrid learning.  Metode pembelajaran gabungan antara kegiatan belajar mengajar mahasiswa serta dosen secara luring dan daring.

dr. Irwin, M.Epid., M.Med.Ed., Dekan Fakultas Kedokteran Ubaya, yang juga Ketua Laboratorium Pendidikan Kedokteran dan Bioetika Ubaya ini mengatakan bahwa metode hybrid learning diterapkan guna mengoptimalkan pembelajaran dokter muda dalam kegiatan pelayanan kesehatan dan aktivitas pelayanan klinis di rumah sakit maupun masyarakat di masa pandemi.

Seseorang, lanjut dr. Irwin wajib menjalani tahap pendidikan kedokteran jika ingin berprofesi sebagai dokter dan memiliki izin praktik. Pendidikan kedokteran ini adalah gabungan dari pendidikan tahap akademik dan tahap profesi. Lalu dr. Irwin memberi contoh seperti halnya mahasiswa Fakultas Kedokteran Ubaya yang harus menempuh pendidikan tahap akademik selama 8 semester atau 4 tahun. Kemudian dilanjutkan masuk ke tahap berikutnya yaitu pendidikan tahap profesi selama 4 semester atau 2 tahun.

“Tahap pertama yaitu pendidikan tahap akademik, disini mahasiswa diberi bekal berupa wawasan atau pengetahuan terkait dunia medis. Setelah lulus dari tahap ini, mahasiswa akan memperoleh gelar sebagai Sarjana Kedokteran (S.Ked.). Selanjutnya masuk ke tahap kedua yaitu pendidikan tahap profesi yang kental dengan aktivitas-aktivitas di rumah sakit dan masyarakat dalam bentuk belajar sambil bekerja. Biasanya kita menyebut mereka dokter muda,” jelas dr. Irwin.

Irwin menambahkan jika mereka harus terlibat langsung dalam kegiatan pelayanan kesehatan dan aktivitas pelayanan klinis di rumah sakit maupun komunitas. Hal ini bertujuan agar dokter muda lebih memahami terkait SOP (Standard Operating Procedure) dan kegiatan yang lazim dilakukan di rumah sakit. Pendidikan tahap profesi akan diakhiri dengan memperoleh gelar dokter (dr).

Menjadi seorang dokter atau tenaga kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan secara optimal kepada masyarakat tentunya tidak mudah. Ada bebeberapa tahap dan jenjang pendidikan yang perlu dijalani dalam mencapai gelar profesi tersebut. Namun, merebaknya wabah Covid-19 membuat aktivitas pendidikan tahap profesi perlu dilakukan penyesuaian agar kompetensi kurikulum pendidikan kedokteran tetap bisa diperoleh mahasiswa.

Fakultas Kedokteran Ubaya telah menerapkan beberapa hal sebelum mahasiswa masuk pada pendidikan tahap profesi. Langkah pertama, Fakultas Kedokteran Ubaya memberikan alat pelindung diri (APD) sekaligus wawasan kepada mahasiswa mengenai alat atau benda yang termasuk dalam personal needs atau kebutuhan masing-masing individu sebagai dokter.

“Fakultas Kedokteran Ubaya punya tanggung jawab moril yang besar karena orang tua telah mempercayai dan menitipkan kepada kami untuk mendidik anak mereka (mahasiswa) menjadi seorang dokter yang berkualitas. Kita tahu pendidikan kedokteran pada tahap profesi harus membawa mahasiswa ke lingkungan pelayanan kesehatan rumah sakit atau puskesmas. Tapi saat ini kondisinya berbeda. Oleh karena itu, kami telah mendesain sedemikian rupa agar kompetensi kurikulum tetap diperoleh,” terang dr. Irwin.

Proses pembelajaran pendidikan tahap profesi sudah berjalan sejak tanggal 4 Januari 2021. Sebelum memulai tugas sebagai dokter muda, Fakultas Kedokteran Ubaya sangat memperhatikan kondisi keselamatan dan keamanan mereka. Fakultas Kedokteran Ubaya mewajibkan mahasiswa mengikuti tes PCR (Polymerase Chain Reaction) terlebih dahulu. Biaya tes PCR maupun tempat karantina telah disediakan serta ditanggung oleh kampus dan RSUD Ibnu Sina, Gresik sebagai Rumah Sakit Pendidikan Utama. Adanya kerjasama yang baik ini membuat mahasiswa menjadi tidak terbebani masalah tarif biaya dan dapat melaksanakan aktivitas pelayanan kesehatan secara optimal.

Waktu pembelajaran dokter muda ketika bertugas selama di rumah sakit dan masyarakat juga disesuaikan dan dibatasi. Selain menyesuaikan waktu pembelajaran, Fakultas Kedokteran Ubaya juga mengubah proses pembelajaran dengan menggunakan metode hybrid learning. Metode pembelajaran ini menggabungkan antara kegiatan luring dan daring dalam pendidikan kedokteran.

“Pembelajaran luring dilakukan di rumah sakit. Setelah mereka menyelesaikan tugasnya bertemu dengan pasien (bukan pasien Covid-19), mereka akan menemui dosen pembimbing yang bertugas sebagai dokter di rumah sakit tersebut untuk melakukan bimbingan atau laporan. Kegiatan ini dilakukan setiap hari Senin sampai Kamis. Sedangkan pembelajaran secara daring atau online dapat dilakukan dari rumah masing-masing setiap Jumat dan Sabtu,” jelas dr. Irwin.

Mengetahui situasi sulit seperti ini, dr. Irwin melihat dari sudut pandang yang berbeda di generasi dokter muda masa kini. Dirinya mengungkapkan jika dokter muda bisa melihat pandemi Covid-19 sebagai kesempatan emas untuk belajar banyak hal mengenai pentingnya penanganan suatu masalah kesehatan yang dapat berimbas ke berbagai sektor bidang. Dokter muda bisa belajar multi disiplin ilmu dari penanganan kasus Covid-19.

Irwin memberikan pesan kepada mahasiswa yang kini sedang menjalani pendidikan kedokteran tahap profesi di Ubaya maupun tempat lain agar selalu semangat dan memperbanyak pengalaman belajar di masa sekarang. Menurutnya ini kesempatan yang baik untuk melakukan kolaborasi, inovasi, dan tentu harus kreatif sehingga kebutuhan pembelajaran bisa terpenuhi. “Betul jika saat ini kita punya banyak keterbatasan. Tetapi keterbatasan itu bukan menjadi alasan untuk tidak melakukan apa-apa. Meskipun dididik di masa Covid-19, tentu tidak akan kalah dengan dokter yang dihasilkan diluar masa pandemi,” pungkas Irwin.(tok/lim)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
31o
Kurs