Vaksinasi dosis kedua di Indonesia sudah mencapai 49.4 persen dari target keseluruhan penduduk. Berdasarkan pantauan suarasurabaya.net di laman covid19.go.id, dari 208 juta target sasaran vaksinasi nasional, sebanyak 204 juta lebih di antaranya sudah mendapatkan vaksinasi dosis kedua.
Menurut dr. Ari Baskoro Konsultan Alergi dan Imunologi, jika di akhir tahun 2021, vaksinasi dosis kedua sudah mencapai separuh atau 50 persen, maka vaksinasi booster di Indonesia bisa segera digencarkan pada Januari 2022 mendatang. Kebijakan ini berdasarkan rujukan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
“Kalau 50 persen target sasaran dosis 2 sudah tercapai, baru dilakukan booster. Sekarang secara nasional sudah mendekati 50 persen, diprediksi Januari harus sudah dilakukan booster. Secara global, anjuran WHO juga begitu,” kata dr. Ari pada Program Wawasan Radio Suara Surabaya, Senin (13/12/2021).
Baca juga: Cegah Varian Omicron, Pemerintah Agendakan Program Vaksinasi Booster Mulai Januari 2022
Rencana tersebut, sebelumnya juga sudah disampaikan oleh Budi Gunadi Menteri Kesehatan yang menargetkan pada akhir tahun 2021, vaksinasi dosis kedua di Indonesia mencapai lebih dari 50 persen dari target.
Selain itu, dr. Ari menjelaskan alasan lain mengapa vaksinasi booster diperlukan, yakni karena efektifitas vaksin yang terus menurun setelah enam bulan vaksinasi dosis kedua. Sehingga, masyarakat memerlukan vaksinasi tambahan untuk meningkatkan imun dari paparan virus Covid-19.
“5-6 bulan pascavaksinasi kedua, imunitas nggak cukup lagi menghadapi paparan virus,” katanya.
Terlebih dengan semakin banyaknya mutasi virus Covid-19 yang ditemukan di berbagai negara, yang menyebabkan efektifitas vaksin mengalami penurunan.
“Terutama adanya mutasi. Varian seperti Delta, Omicron, sudah menurunkan efektifitas vaksinasi,” ujarnya.
Baca juga: Pengidap Gangguan Imunitas Masuk Prioritas Penerima Booster Vaksin Covid-19
Meski begitu, dr. Ari menyebut, varian virus Covid-19 yang bermunculan bisa menjadi pertanda baik dalam situasi pandemi kita. Menurut hasil penelitian para pakar, varian-varian baru yang muncul meski memiliki tingkat penyebaran yang lebih cepat, namun patologi virus yang lebih ringan.
“Menurut para pakar, Omicron ini membawa kabar baik. Memang Omicron memiliki daya penularan 4,3 kali lebih cepat dibanding Delta, tapi daya patologinya jauh tidak seberat Delta,” tuturnya.
Ia mencontohkan seperti wabah Flu Spanyol yang menyebabkan kematian ratusan juta orang pada 1918, yang akhirnya berakhir dengan sendirinya. Menurutnya, karena virus terus bermutasi dengan patologi lebih ringan. Di sisi lain, penduduk yang terpapar akhirnya memiliki kekebalan imun secara alami.
“Harapan banyak pakar, mutasi-mutasi ini pertanda bahwa pandemi akan berakhir dengan pola mutasi lebih ringan dampak klinisnya. Sampai saat ini belum ada kasus orang meninggal karena Omicron,” jelas dr. Ari.
Baca juga: Pemerintah Proyeksikan Vaksin Merah Putih sebagai Booster
Ia juga berharap, vaksin Merah Putih vaksin produksi dalam negeri nantinya dapat digunakan sebagai vaksin booster dan dapat meringankan beban APBN pemerintah dalam penanganan pandemi Covid-19. Karena tidak dipungkiri, anggaran vaksin selama ini cukup besar. (tin/rst)