Jumat, 22 November 2024

Minyak Mahal, Ahli Gizi Ingatkan Bijak Gunakan Minyak Goreng

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Ilustrasi. Foto: imwnews

Banyak masyarakat mengeluhkan harga minyak goreng yang saat ini melonjak akibat dari naiknya harga minyak dunia. Mereka akhirnya membuat beberapa alternatif agar penggunaan minyak goreng menjadi lebih hemat.

Di sisi lain, Eko Dwi Martini Ahli Gizi Graha Amerta RSUD dr. Soetomo Surabaya mengingatkan masyarakat untuk lebih bijak menggunakan minyak goreng. Menurutnya, naiknya harga minyak menjadi momen agar masyarakat kembali mengonsumsi makanan sehat dengan mengurangi makanan berminyak.

Bahkan, Dwi mengajak masyarakat untuk kembali beralih ke makanan kukus untuk meminimalisir penggunaan minyak agar lebih sehat.

“Ini waktunya masyarakat beralih ke makanan sehat dan yang lainnya, misal dikukus atau dioven,” kata Dwi kepada Radio Suara Surabaya pada Kamis (2/12/2021).

Ia pun membagikan beberapa poin penting penggunaan minyak yang sehat.

Pertama, yaitu masyarakat harus pandai dalam memilih minyak seperti fungsinya, komposisi dan nilai gizinya.

“Kita sering salah kaprah, minyak sayur untuk memasak, minyak biji bunga matahari. Memang bagus tapi jangan disamaratakan semua dipakai menggoreng. Karena ada minyak-minyak tertentu yang tidak bisa dipanaskan,” tambahnya.

Ia menegaskan bahwa minyak goreng hanya disarankan dipakai dalam dua kali memasak. Apalagi minyak goreng yang dipakai berkali-kali akan jadi minyak jenuh yang tidak sehat bagi kesehatan.

“Kalau mau pakai lagi, udah dingin kompor mati, pakai lagi. Jadi dua kali. Jangan eman minyak, tapi eman sama kesehatan. Eman sak sendok (minyak) dibuang, tapi kalau masuk tubuh efeknya besar,” tegasnya.

Karena, lanjut Dwi, dampak minyak jelantah (minyak bekas pakai) bisa berimbas pada jantung dan memicu penyakit lainnya.

Dwi menyontohkan bagaimana masyakat gemar menggunakan minyak jelantah untuk membuat sambal, karena menurut mereka, minyak jelantah menambah rasa makanan lebih enak.

Ia mengingatkan, penggunaan minyak jelantah meskipun sedikit, tetap berdampak buruk pada kesehatan. Begitu juga jika dicampur untuk sambal. Ia pun akhirnya memberikan tips agar lebih sehat.

“Lebih bagus pakai minyak bersih, misal minyak sawit, namun dipanaskan 250 derajat. Jadi tunggu sampai dia panas, baru masukkan ke sambal. Ayo ramai-ramai kita tinggalkan minyak jelantah,” ujarnya.

Begitu juga dengan konsumsi makanan berminyak sehari-hari. Dwi mengatakan masyarakat harus mulai menghitung makanan atau lauk yang mengandung minyak dalam konsumsi sehari-hari mereka.

Dwi mengatakan, batas maksimal kandungan minyak dalam tubuh adalah 15 gram sehari. Sehingga dalam pemilihan lauk, masyarakat harus pandai untuk memilih mana lauk berminyak dan tidak.

“15 gram sehari itu hampir sama dengan tiga potong lauk. Jadi kalau hewan digoreng, maka lauk nabatinya tidak,” tuturnya.

Menurut Dwi, informasi tersebut harus lebih disosialisasikan agar masyarakat lebih peduli terhadap apa yang mereka konsumsi. (tin/ipg)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs