Jumat, 22 November 2024

Mikroplastik, Ancaman Serius Keamanan Seafood Pesisir Surabaya

Laporan oleh Manda Roosa
Bagikan
Peneliti menemukan Keberagaman jenis mikroplastik yang ada dalam lambung ikan Foto : Ecoton

Tim Peneliti Mikroplastik Ecoton bersama Community Aquatic Environmental (CAER) Universitas Trunojoyo Madura, dan River Warrior Indonesia, Selasa (20/4/2021) mengambil sampel 116 ikan di Tambak Wedi.

Sebanyak 110 ekor jenis mujair (Oreochromis mossambicus) merupakan ikan yang tahan terhadap air salinitas tinggi, dan enam ekor adalah ikan gulama (Johnius. trachycephalus) termasuk jenis ikan karnivora yang hidup di perairan laut dan payau.

Andreas Agus Kristanto Nugroho Peneliti Mikroplastik Ecoton mengatakan, setelah dilakukan pengamatan mikroskop binokuler dengan pembesaran 40 hingga 100 kali, ditemukan bahwa semua sampel ikan yang ditangkap 100 persen mengandung mikroplastik.

Fakta lain yang menarik ikan di Tambak Wedi, tercemar enam jenis mikroplastik yaitu, fiber, film, filamen, fragmen, pellet dan granula.

“Jenis yang paling banyak ditemukan adalah fiber sebesar 82 persen. Potensi sumber polusi adalah limbah laundry atau cucian pakaian rumah tangga,” jelas Andreas.

Untuk kontaminasi mikroplastik, ditemukan di ikan gulama lebih besar dibanding ikan Mujair. Kata Andreas, tingginya kontaminasi partikel mikroplastik dalam ikan gulama, disebabkan luasnya daya jelajah yang meliputi perairan payau dan laut.

“Keberagaman jenis mikroplastik yang ada dalam lambung ikan, menunjukkan bahwa muara telah menjadi berkumpulnya semua polutan mikroplastik. Dengan temuan ini bisa menjadi peringatan serius bagi Pemerintah Kota Surabaya untuk mengendalikan sumber-sumber mikroplastik yang berasal dari plastik sekali pakai,” ungkapnya.

Ke depan paparan mikroplastik ke biota air laut konsumsi akan meningkat, karena Selat Madura menjadi muara Tambak Wedi, dan mensuplai lebih dari 42 persen perikanan Jawa Timur.

Dari temuan ini, Andreas mendorong Pemkot Surabaya dan Pemprov Jawa Timur mengendalian pencemaran mikroplastik dengan mengeluarkan regulasi larangan penggunaan plastik sekali pakai.

“Harus ada upaya mematikan kran sumber mikroplastik, untuk mematikan kran dibutuhkan regulasi yang melarang pemakaian plastik sekali pakai,” tegasnya.

Andreas juga mengajak masyarakat untuk melakukan puasa, atau mengurangi pemakaian plastik sekali pakai, yang menjadi sumber mikroplastik, seperti tas kresek, sedotan, botol air minum sekali pakai, sachet, popok, microbeads dan styrofoam.(man/tin)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
27o
Kurs