Syahrul Yasin Limpo menyatakan bufferstock (stok ekstra guna mengurangi risiko kekurangan bahan baku) logistik makanan rakyat harus disiapkan setidaknya selama dua tahun ke depan untuk menghadapi anomali cuaca yang sangat ekstem.
“Baru cuaca panas, tiba-tiba hujan. Begitu hujan langsung banjir,” kata Syahrul dalam acara “Pengembangan Hilirisasi dan Ekspor Pangan Lokal Tanipreneur Camp & Award 2021” di Surabaya, Jawa Timur, Kamis (4/11/2021).
Menurutnya gejala yang paling berpotensi menyebabkan banjir dan mengancam ketahanan pangan adalah fenomena La Nina.
Yang mana fenomena tersebut diprediksi berlangsung hingga Februari 2022 yang kemudian dilanjutkan kemarau panjang.
Hingga kini dikatakan Kementerian Pertanian memiliki di atas 10 juta ton beras yang akan disiapkan menjadi stok makanan selama dua tahun kedepan.
“Stok ini disiapkan agar tidak terjadi masalah akibat efek dari persoalan cuaca itu,” ujar Syahrul dikutip dari Antara.
Syahrul melanjutkan, Anomali cuaca seperti ini harus dimanfaatkan oleh lembaga seperti Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Pertanian untuk menciptakan padi varietas baru yang tahan air dalam rendam.
Juga untuk varietas padi gogo yang tahan musim kemarau panjang.
Selain itu, perlu dibuatkan embung-embung untuk mereservoir air atau waduk berukuran mikro supaya menampung kelebihan air hujan.
Embung air ini juga berfungsi menjamin ketersediaan air guna keperluan tanaman maupun ternak di musim penghujan dan mencegah banjir di musim kemarau.
Lebih lanjut, adanya embung air dapat dimanfaatkan melalui sistem irigasi tetes atau metode irigasi untuk menghemat air dan pupuk dengan membiarkan air menetas pelan-pelan ke akar tanaman.
Hal ini dilakukan agar sektor pertanian dapat menghadapi berbagai tantangan alam yang ada.
“Kita harus mulai mengirit makanan, jangan sampai makanan dibuang. Hati-hati dengan cuaca yang ada, jangan urus yang lain sebelum urus makannya rakyat,” pungkas Syahrul.(ant/wld/ipg)