Jika biasanya bonek identik dengan pendukung yang berani, tangguh dan solid ketika Persebaya berlaga di stadion, kini ada kelompok bonek yang tidak hanya wani sak sembarange (berani dalam segala hal), tapi juga gemar literasi persepakbolaan.
Bonek Writer Forum (BWF) namanya, kelompok ini telah berdiri sejak 6 Desember 2018 silam. Berawal dari arek-arek bonek yang sama-sama suka menulis.
“Awalnya itu memang kami dari teman-teman bonek yang suka nulis. Oh, gimana kalau kita bikin satu wadah literasi untuk mencerdaskan, memberikan khasanah kepada masyarakat tentang sepak bola,” kata Dhion Prasetya, salah satu inisiator BWF kepada suarasurabaya.net, Jumat (18/6/2021).
BWF terbentuk tidak hanya atas inisiasi Dhion Prasetya, tapi juga beberapa kawannya yaitu Oryza A, Fajar Junaidi, Bagus Priambodo, Rojil, Bimo, Joko Kristiono, Obed Bima, dan Agnes Santoso yang saat ini tersebar di berbagai wilayah.
Kelompok ini juga terdiri dari berbagai latar belakang, ada yang berprofesi sebagai dosen, jurnalis tulis maupun televisi, mahasiswa, pengusaha hingga seniman.
Sejak berdiri, BWF memiliki tradisi merayakan hari jadi Persebaya dengan menerbitkan buku maupun bahan bacaan lainnya,baik secara online maupun offline.
Pada 18 Juni 2019 silam, BWF menyambut HUT Persebaya dengan menerbitkan buku elektronik berjudul Make Persebaya 92eat Again.
Setahun kemudian, di tanggal yang sama, BWF menerbitkan koran BWF yang berisi kisah-kisah para penulisnya ketika mbonek (mendukung Persebaya saat berlaga).
Tak hanya itu, di tahun 2020 BWF juga bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Surabaya menerbitkan buku bertajuk Tolak Bala Sepak Bola dan Bencana.
Pada 2021 ini, BWF menjalin kerja sama dengan UK Petra Surabaya dan menerbitkan buku berjudul Sepak Bola dan Kelas Pekerja.
Lalu tepat di hari jadi ke-94 Persebaya, BWF kembali menjalankan tradisinya dengan meluncurkan buku berjudul “Stadion: Kuil Sepak Bola” pukul 00:00 hari ini, Jumat (18/6/2021).
BWF juga terbuka bagi masyarakat yang ingin bergabung, syaratnya, memiliki kemampuan menulis, bisa menulis sejarah persebaya.com, atau sudah memiliki buku sendiri.
Saat ini sedikitnya 48 orang tergabung dalam BWF. “Semuanya punya background penulisan, bisa juga public speaking, ada juga background sebagai ilustrator,” kata Dhion yang juga ASN Bea Cukai ini.
Untuk melihat karya para penulis dan kontributor, BWF menyediakan laman sejarahpersebaya.com yang bisa diakses kapan pun.
Sebelum pandemi, BWF kerap kali melakukan pertemuan untuk berdiskusi bersama sembari mencari referensi penulisan dan bersilaturahmi.
Saat pandemi, BWF tetap menjaga kekompakannya dengan melakukan pertemuan secara virtual bertajuk Cangkrukan Online Kita (COK).
Tidak hanya bertemu secara virtual, tiap episodenya COK selalu mengangkat satu topik untuk didiskusikan bersama.
Terakhir, COK#6 pada 23 Juni 2020 yang bertajuk Nostalgia, Media, dan Persebaya ini turut dihadiri Dahlan Iskan CEO DIsway dan Mantan Ketua Umum Persebaya, Arif Afandi Mantan Ketua Umum Persebaya
dan Mantan Pemred Jawa Pos, Suhu Oerip Mantan Redaktur Olahraga Jawa Pos dan Penulis Buku serta Tri Mulyono Pemred Harian Surya.
Berbagai kegiatan lain juga dilakukan arek-arek bonek pecinta literasi bola ini, seperti beberapa waktu silam, BWF mengadakan kontes menulis yang bisa diikuti oleh siapapun.
Tujuannya tidak hanya menjaring penulis berbakat, tapi juga turut mengeksplor ide-ide dan aspirasi masyarakat terkait Persebaya, sepak bola dan Bonek.
“Kita ingin meraih anak-anak muda yang bisa menulis terkait apapun khususnya sepak bola,” ujarnya.
Dalam waktu dekat, BWF juga akan membuka kelas menulis, vlog, desain grafis, dan hal-hal terkait jurnalisme dan literasi sepak bola bagi masyarakat, khususnya anak-anak muda untuk merayakan bulan Persebaya.
“InsyaaAllah dalam waktu dekat akan ada semacam kelas online dengan berbagai macam tema dan diisi dari teman-teman BWF,” pungkasnya.(frh/tin)