
Dokter Andrianto Ketua DPP Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) Bidang Hukum dan Humas mengatakan, pada penderita diabetes, hal yang paling dianjurkan adalah menjaga pola makan.
Namun secara prinsip, menurutnya, yang paling memahami pola makan adalah diri sendiri karena perlu diketahui kalau diabetes melitus tidak hanya disebabkan faktor keturunan namun juga usia.
“Diabetes tidak harus faktor keturunan tapi juga di atas 40 tahun berisiko obesitas. Kalau takut ya jangan obesitas karena obesitas berpotensi menjadi diabetes, karena insulin tidak mampu mengubah gula menjadi energi untuk jadi metabolisme,” terang dokter Andrianto saat mengudara di Radio Suara Surabaya, Minggu (14/11/2021).
Secara umum dokter Andrianto membagi pola makan pada pasien diabetes melitus dengan konsep 3 J.
J yang pertama adalah jadwal. Penderita diabetes dalam keadaan normal membagi porsi makan menjadi 25 persen untuk makan pagi, 40 persen makan siang, dan 35 persen makan malam dengan durasi tiap tiga jam.
“Karena metabolisme tubuh tiap 3 jam di lambung selesai, makannya penderita diabetes saat perjalanan jauh dianjurkan menyediakan makanan di dalam tas karena yang ditakutkan bukan kadar gula tinggi justru kadar gula rendah atau hipoglikemik. Selingan waktu makan pagi, siang, dan malam bisa berbasis buah dan sayur,” terangnya.
Lalu J yang kedua adalah jenis. Makanan yang dianjurkan pada pasien diabetes yang bagus justru karbohidrat kompleks dan lebih banyak mengonsumsi makanan berserat seperti pada sayur dan buah-buahan.
Pada pasien diabetes, sumber karbohidrat yang dianjurkan adalah yang kadar glikemik atau kadar gulanya rendah.
Beras yang dimasak dengan magic com, kata Dokter Andri, ternyata kadar glikemiknya tinggi ketimbang yang ditanak menggunakan dandang.
“Kalau mau menurunkan bisa dengan digoreng atau dibakar. Kalau digoreng pastikan minyaknya baru, kalau dibakar bisa dengan nasi dibungkus daun pisang atau langsung saja dibakar di teflon. Pada penderita diabetes yang sering lapar relatif aman mengonsumsi sumber karbohidrat yang dibakar,” jelasnya.
Selain itu sebagai pengganti nasi, pasien diabetes bisa mengonsumsi ubi atau singkong bahkan kentang.
“100 gram nasi setara dengan 200 gram ubi atau singkong. Artinya kalau mau ganti nasi, ubi atau singkong lebih dianjurkan. Kentang juga bisa kalorinya relatif rendah, indeks glikemik kentang bisa turun saat diolah dengan dibakar atau dipanggang. Sayur brokoli lebih bagus lagi,” Dokter Andri menjelaskan.
Dia juga menyebutkan, penelitian terbaru menunjukkan penderita diabetes dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin K2 untuk menurunkan resistensi insulin. Sumber vitamin K2 berasal dari tumbuh-tumbuhan berdaun banyak seperti brokoli, daun kelor, daun bayam dan kubis.
Sementara J yang ketiga yaitu jumlah.
“Kalau sudah diabet, (pola makan) harus ditata,” terangnya.
“Konsepnya gizi seimbang, dalam piring ada sumber karbohidrat, protein, sayur atau buah sebagai zat pengatur. Jangan terlalu banyak nasi, protein juga harus ditambah, tidak harus daging tapi ada ikan. Buah buahan paling bagus dikonsumsi sebelum makan, minimal ada sayur dalam 1 piring,” pungkasnya.(dfn)