Beberapa waktu yang lalu, ramai di sosial media tentang tren menggunakan bahasa campuran antara bahasa Inggris dan Indonesia. Bahkan penggunaan bahasa campuran ini juga diidentikkan dengan lokasi geografis Jakarta Selatan. Meski kemudian, orang yang menggunakan bahasa campuran tak hanya terpusat di Jaksel saja.
Ario Wibowo mantan Duta Bahasa Jawa Timur 2014 mengamati, bahasa campuran menjadi tren di kalangan anak muda, serta munculnya anggapan bahasa campuran lebih keren dibanding berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Selain itu, anak muda sekarang juga kurang familiar dan sulit mencari padanan kata dari bahasa asing ke Indonesia.
“Kosa kata dalam bahasa asing itu kadang sulit mencari padanan katanya. Padahal itu ada padanan katanya,” kata Ario kepada Radio Suara Surabaya, Senin (25/10/2021).
Ia mencontohkan, kata “gadget” memiliki padanan kata bahasa Indonesia “gawai”. Begitu juga “caption” yang memiliki padanan kata “takarir” atau “mouse” komputer yang dalam Indonesia “tetikus”.
Ario mengakui, beberapa padanan kata itu terdengar asing dan tidak familiar karena masyarakat terlanjur menyerap apa adanya bahasa asing yang masuk ke Indonesia. Sehingga saat masyarakat berniat untuk menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, mereka takut bahasa tersebut terdengar asing bagi orang lain.
Daripada melihatnya tantangan, Ario memilih melihat itu sebagai kesempatan untuk lebih mengenalkan kata-kata Indonesia yang belum banyak diketahui.
“Terkadang saat mau bikin kata itu, jadi takut orang-orang tidak tahu. Tapi itu juga strategi. Orang akan penasaran ‘apa itu artinya?’ dan kita bisa menjelaskannya,” kata pria yang juga sebagai pembawa berita televisi tersebut.
Menurutnya, mulai mencari tahu dan belajar kosa kata baru dalam bahasa Indonesia menjadi tantangan tersendiri bagi anak muda. Ario menilai, itu lebih keren ketimbang menggunakan bahasa campuran antara Indonesia dan asing.
Ia berpendapat, jika ingin menggunakan bahasa Inggris, maka gunakanlah bahasa Inggris yang baik. Jika ingin berbahasa Indonesia, maka berbahasalah Indonesia yang baik.
Ario juga meminta agar masyarakat lebih mengutamakan bahasa Indonesia yang baik, dengan mempertimbangkan tempat dan kepada siapa mereka berbicara.
Ajakan berbahasa Indonesia yang baik juga terus ia lakukan melalui takarir di media sosial.
“Medsos jadi media saya mengenalkan dan mengajak supaya bisa mengutamakan bahasa Indonesia dalam membuat takarir,” jelasnya.
Ia menambahkan, “Lebih baik menggunakan bahasa Indonesia terlebih dahulu dilihat konteks dan kepada siapa kita berbicara”.
Ario juga mengingatkan sikap Tri Gatra Bangun Bahasa, yakni utamakan bahasa Indonesia; lestarikan bahasa daerah; kuasai bahasa asing yang perlu ditanamkan pada setiap anak bangsa.(tin/rst)