Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) bersama Pusat Studi Bencana dan Lingkungan (PSBL) Universitas Dr. Soetomo (Unitomo) menggelar Pembekalan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Pencegahan dan Mitigasi Berbasis Keluarga Tangguh Bencana (KATANA).
Kegiatan ini dilaksanakan secara daring atau online lewat aplikasi Zoom meeting, Sabtu (22/5/2021). Fadjar Kurnia Hartati Ketua LPPM Unitomo menyampaikan pembekalan pada KKN Semester Gasal Tahun Akademik 2020/2021 akan dilaksanakan di Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo.
“Keseluruhan peserta KKN yang berjumlah hampir 600 peserta kami bagi dalam 20 kelompok, dan nantinya akan dibagi lagi dalam sub-sub kelompok saat turun ke lapangan,” kata Fadjar.
Dia mengatakan, kegiatan pembekalan yang melibatkan peserta KKN dan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) ini memberikan arahan teknis yang diberikan langsung oleh masing-masing DPL.
“Melalui pembekalan ini kami bersama PSBL Unitomo menjelaskan teknis pelaksanaan KKN Pencegahan dan Mitigasi Berbasis KATANA, yang bertujuan memberi kontribusi kepada pemerintah dalam hal self assesment, sebagaimana arahan dari pak Lilik Kurniawan, Deputi Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB Pusat yang disampaikan pada kuliah umum bulan lalu,” kata Doktor Bidang Ketahanan Pangan ini.
Fadjar menambahkan, setiap mahasiswa peserta KKN memiliki kewajiban membuat pelaporan hasil kinerjanya sebagai relawan non medis dalam memutus mata rantai Covid-19 dan mengedukasi masyarakat tentang KATANA pada masing-masing ketua kelompok yang telah dibentuk.
Fadjar memastikan Peserta KKN tahun ini meski turun ke lapangan tetap memerhatikan protokol kesehatan secara ketat.
“Pihak LPPM telah sepakat bekerja sama dengan PSBL dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD melakukan rapid test dan benar-benar memerhatikan prokes, tentu dengan tetap mengemban tiga tugas pokok yakni edukasi, sosialisasi, dan mitigasi,” tambah Fadjar.
Sementara itu Hendro Wardhono Ketua PSBL Unitomo menjelaskan, kegiatan KKN kali ini akan sangat membantu pemerintah dalam memberikan data.
“Nantinya data-data mahasiswa akan mengarah pada dasawisma dalam self assessment itu. Jadi jika satu mahasiswa memeroleh 10 data keluarga, maka setidaknya kita memiliki 500 mahasiswa peserta KKN yang akan mendapatkan 5000 data keluarga,” terang Hendro.
Hendro menegaskan kepada peserta KKN sebisa mungkin jangan mendahulukan pendataan ke orang-orang di luar keluarga.
“Utamakan pengumpulan data di lingkungan keluarga. Para peserta akan kami petakan saat terjun ke lapangan, sehingga kita tetap mematuhi anjuran pemerintah tentang 5M yaitu, memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas, namun melakukan kegiatan pengabdian yang dampaknya luar biasa bagi masyarakat,” kata Hendro. (tok/frh)