Bantu atasi persoalan psikologis anak-anak pasca bencana awan panas guguran (APG) Gunung Semeru, Mahasiswa Tanggap Bencana (Magana) Unusa memberikan trauma healing pada anak-anak sekaligus melakukan pemeriksaan kesehatan di posko pengungsian wilayah Pronojiwo, Lumajang.
Putri Wahyuni Ketua Magana Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menyampaikan bahwa sejumlah mahasiswa segera diberangkatkan membantu anak-anak mengatasi masalah psikologi pasca bencana, setelah sebelumnya dilakukan evaluasi singkat terkait metode dan strategi di lokasi pengungsian.
Satu di antara metode yang dilakukan, anak-anak diajak mendengarkan cerita dan bermain, sehingga anak-anak terhibur.
“Kami melakukan trauma healing kepada anak-anak karena mereka yang paling tertekan dengan adanya bencana. Metode yang kami lakukan bertujuan untuk membuat anak-anak ceria dan melupakan apa yang baru saja dialami,” terang Putri, Jumat (10/12/2021).
Ditambahkan Putri, pascabencana APG Semeru, anak-anak lebih banyak diam dan tidak mau makan. Hal ini dikarenakan ada trauma yang mereka alami.
“Ada anak yang kehilangan kedua orang tuanya. Jadi mereka masih merasa sedih dan memilih menyendiri,” tambah Putri.
Di lokasi pengungsian, cerita Putri ada anak kelas 1 SD yang mengalami kendala psikologis berat. Karena sampai saat ini dirinya belum menemukan kedua orang tuanya.
Kondisi ini membuat anak tersebut lemas, menyendiri serta susah makan.
“Kami lakukan pendekatan dan membujuk dia untuk ikut main bersama, kondisi ini membuat kondisi anak tersebut mulai bisa aktif kembali,” ungkap Putri.
Putri mengaku selama proses pendekatan untuk menjalani trauma healing ini ada beberapa anak yang memilih menyendiri.
“Ini tantangan tersendiri bagi kami, dan kami terus memberikan suport yang membuat anak-anak bisa bangkit dan kembali ceria seperti sedia kala,” papar Putri.
Magana Unusa berangkat ke lokasi pengungsian bersama dengan relawan Rescue Ideru Jatim. Mereka tidak hanya melakukan trauma healing, para mahasiswa ini juga melakukan pemeriksaan kesehatan.
“Kondisi pasca bencana tidak jarang masyarakat dengan mudah terserang penyakit, jadi kami memeriksa kesehatan dari masyarakat yang terdampak bencana,” kata Putri.
Nantinya mahasiswa yang tergabung dalam Magana akan bergiliran untuk ke lokasi pengungsian. “Kami bergantian untuk ke lokasi memberikan trauma healing serta cek kesehatan di pengungsian,” sambung Putri.
Putri berharap langkah ini dapat membantu pengungsi terlebih anak-anak untuk keluar dari masalah psikologi pasca bencana awan panas guguran Gunung Semeru.
“Kami ingin membantu mengatasi masalah tersebut. Terpenting pengungsi anak-anak maupun dewasa akan teratasi,” kata Putri.(tok/wld/den)