Jumat, 22 November 2024

LIPI Ungkap Corona Varian Baru 70% Lebih Cepat Menyebar dan Menular

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Visualisasi struktur tiga dimensi dari spike glycoprotein dengan mutasi yang terjadi yang ditunjukkan dengan bola berwarna. Foto: www.gisaid.org

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mengungkap bahwa virus corona varian baru lebih cepat menyebar dan menular. Corona varian baru yang ditemukan di beberapa negara, ternyata memiliki beberapa kesamaan mutasi dengan varian di Inggris.

Sugiyono Saputra peneliti di Pusat Penelitian Biologi LIPI mengatakan, varian-varian baru yang muncul merupakan bagian dari siklus hidup virus itu sendiri. Ia akan muncul seiring waktu karena virus akan terus berubah melalui mutasi.

Menurutnya, terkadang varian baru muncul dan yang lainnya menghilang. Namun ada juga yang muncul dan kemudian bertahan.

“Perbedaan varian baru SARS-CoV-2 dengan varian sebelumnya adalah pada banyak tidaknya mutasi pada nukleotida (materi genetik) yang terjadi sehingga membentuk klaster atau lineage tersendiri,” kata Sugiyono seperti yang dilansir dari laman LIPI, Rabu (13/1/2021).

Kecepatan penyebaran ini bisa dilihat saat corona jenis baru yang pertama kali dideteksi di Inggris sekitar bulan September, lalu di Afrika Selatan juga muncul varian lain yang terdeteksi sejak awal Oktober. Dan ternyata, virus yang ditemukan di Afrika memiliki beberapa kesamaan mutasi dengan varian di Inggris.

Varian yang ditemukan di Inggris dinamakan VUI 202012/01 (Variant Under Investigation, year 2020, month 12, variant 01), digolongkann dalam cluster B.1.1.7 lineage. Sedangkan yang ditemukan di Afrika Selatan dinamakan 501Y.V2 dan digolongkan dalam B.1.351 lineage.

Varian SARS-CoV-2 yang berasal dari Inggris ini dinilai 70% lebih mudah menular dibandingkan varian yang pernah muncul sebelumnya, tulis LIPI.

Sugiyono menyontohkan, seperti pada VUI 202012/01 telah terjadi multiple mutations pada spike protein. Yang artinya, secara total, telah terjadi pergantian atau substitusi sebanyak 29 nukleotida jika dibandingan dengan strain SARS-CoV-2 dari Wuhan.

Mutasi yang terjadi pada spike protein ini akan berefek pada receptor binding yang bertanggung jawab terhadap kemudahan masuknya partikel virus ke dalam sel inang, sehingga lebih mudah menginfeksi.

Anggia Prasetyoputri Peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi LIPI mengatakan, varian-varian baru yang bermunculan di beberapa negara terlihat menonjol karena varian telah tersebar secara massif dan cepat menular.

Meski hingga kini, belum ada bukti ilmiah yang menyatakan varian baru tersebut dapat meningkatkan resiko kematian ataupun menyebabkan penyakit yang lebih parah.

Anggia menambahkan,  tidak ada perbedaan pada cara penyebaran varian baru tersebut. Rute utama transmisi adalah sama, yakni melalui respiratory droplet dan aerosol.

Word Health Organisation (WHO) juga sangat waspada terhadap kemunculan varian-varian baru ini. Secara rutin, WHO akan menilai apakah varian SARS-CoV-2 tersebut dapat mengakibatkan perubahan dalam penularan, gejala klinis dan keparahan, atau mungkin juga berdampak pada tindakan pencegahan, termasuk diagnostik, terapeutik dan vaksin.

Hingga sekarang, studi mendalam terkait efek mutasi ini masih terus dilakukan oleh banyak ilmuwan.(tin/lim)

Berita Terkait

Surabaya
Jumat, 22 November 2024
28o
Kurs