Tidak hanya dari rumah sakit, limbah medis juga datang dari rumah tangga. Terutama masker sekali pakai (masker bedah/non bedah) yang mana sebagian besar warga tidak memilahnya dengan sampah lain.
Hasil Sensus Penduduk 2020 ada sebanyak 2.082.801 jiwa penduduk di Sidoarjo. Meski tidak semua patuh pakai masker dan tidak semua pakai masker bedah, jumlah limbah masker ini bisa diperkirakan banyaknya.
Kalau sebagian besar warga tidak memilah maskernya, maka ada jutaan limbah masker yang tercampur dengan sampah lain, tersebar di sejumlah tempat pembuangan sampah di Sidoarjo, setiap harinya.
Padahal, limbah masker ini termasuk limbah medis yang pengelolaannya harus dilakukan secara khusus. Apalagi kalau limbah masker itu bekas dipakai orang tanpa gejala yang sempat menjalani isolasi mandiri.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kabupaten Sidoarjo pun berupaya memilah limbah masker itu di tempat pembuangan sampah terpadu (TPST) yang ada di Sidoarjo.
“Kami sendiri tidak bisa jemput bola ke rumah-rumah orang yang isolasi mandiri. Kami tidak pegang datanya,” ujar Sigit Setyawan Kepala DLHK Sidoarjo kepada suarasurabaya.net, Sabtu (20/2/2021).
Karena itu, DLHK menugaskan para petugas pemilah sampah di TPST untuk memisahkan masker sekali pakai itu dari sampah lainnya secara manual, lalu mengumpulkannya di kontainer khusus yang sudah tersedia.
DLHK sudah menyediakan kontainer khusus masker di setiap TPST. Petugas pemilah sampah itu hanya dibekali sarung tangan lateks dan masker kain tiga lapis supaya terhindar dari kemungkinan paparan virus.
“Pola pengelolaannya, dari TPST limbah masker itu dipilah petugas ke kontainer kecil yang tertutup, kemudian kalau sudah penuh nanti kami ambil dengan mobil boks khusus. Kami kumpulkan di DLHK,” ujarnya.
Di kantor DLHK Sidoarjo, limbah masker dikumpulkan bersama limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) lalu diserahkan ke rekanan DLHK yang punya izin pengelolaan limbah medis maupun limbah B3.
Untuk keperluan pengangkutan limbah masker dari TPST, DLHK memodifikasi satu mobil boks yang tadinya untuk mengusung sampah menjadi mobil khusus pengangkut limbah medis dan B3 rumah tangga.
“Itu mobil boks pikap biasa. Tadinya untuk mengangkut sampah kami modifikasi boksnya lebih tertutup untuk mengangkut limbah medis dan B3,” kata Sigit.
Sigit mengakui, akan jauh lebih efektif bila masyarakat Sidoarjo sadar memilah sendiri limbah maskernya. Dia juga mengakui, program pengelolaan limbah medis dan B3 rumah tangga ini memang baru uji coba.
DLHK, kata Sigit, sudah beberapa kali melakukan sosialisasi mengenai pemilihan sampah masker dari sampah rumah tangga lainnya. Tapi dia mengakui, menumbuhkan kesadaran itu sulit.(den/iss)