Prof Achmad Jazidie Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) meraih penghargaan bintang jasa dari Pemerintah Jepang. Jazidie dinilai terus mempererat hubungan Jepang dan Indinesia lewat sains dan pendidikan.
Kanasugi Kenji Duta Besar Jepang untuk Indonesia secara khusus menyematkan penghargaan bintang jasa tersebut kepada Prof. Achmad Jazidie dalam seremonial penganugerahan bintang jasa periode musim semi 2020, di Konsulat Jenderal Jepang Surabaya.
Penganugerahan Bintang Jasa Jepang The Order of the Rising Sun, Gold Rays with Neck Ribbon itu sebagai bentuk apresiasi kepada Achmad Jazidie karena telah berjasa dengan memberikan kontribusi bagi peningkatan pertukaran akademi serta saling pengertian antara Jepang dan Indonesia.
Mantan Direktur Jenderal Pendidikan Menengah dan Mantan Wakil Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, juga berkontribusi dalam proyek The Japan Foundation Asia Center program Nihongo Partners, yakni pengiriman native speaker sebagai asisten pengajar Bahasa Jepang untuk SMA yang dimulai pada tahun 2014 dengan membangun sistem penerimaan di Indonesia.
Mendorong kementerian serta lembaga terkait, serta menandatangani MoU sebagai direktur penanggung jawab. Sehingga Indonesia membuat pondasi dengan menjadi negara penerima Nihongo Partners terbesar.
Sebelumnya telah dilaksanakan dalam program Sosialisasi Lab-Based Education (LBE) Jepang melalui Project for Research and Education Development on Information and Communication Technology Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Saat menjabat Wakil Rektor ITS, Jazidie terlibat Project for Research and Education Development on Information and Communication Technology melalui Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA) sebagai perwakilan Indonesia.
Jazidie berusaha menyosialisasikan Lab-Based Education (LBE) yang merupakah ciri khas universitas sains di Jepang berdasarkan pengalaman studi di Jepang. Jazidie juga adalah alumni dari Hirosima Univesity Jepang.
“Penghargaan yang patut disyukuri. Selama ini saya tidak pernah berpikir setelah mengerjakan sesuatu akan diberi penghargaan, apalagi berharap memperoleh, sebuah penghargaan. Tapi begitulah, kalau kita kerja dengan dedikasi dan bisa bermanfaat bagi orang banyak, nantinya orang lain yang akan menilai. Dan yang penting adalah Gusti Allah tidak pernah tidur, ” terang Jazidie, Kamis (11/11/2021).
Jepang bagi Jazidie seakan bagai kampung halaman kedua. Maklum selama enam tahun, Jazidie tinggal di Negeri Sakura itu untuk menempuh pendidikan S2 dan S3 sejak 1989 hingga 1995.
“Banyak hal yang perlu dicontoh dari Jepang, kedisiplinannya, kerja cermat, teliti, perlunya persiapan yang matang dalam setiap pekerjaan, dan sebagainya. Negara itu luar biasa,” tegas Jazidie.
Tidak mengherankan jika sekarang, ketika Jazidie menjabat sebagai Rektor Unusa, kerjasama dengan Jepang terus dilakukan. Satu diantaranya kerjasama dengan Japan Foundation.
Ditambahkan Prof Jazidie, Unusa dengan BNP2TKI dan Japan Foundation membuat Inkubator Institusi. Lembaga ini untuk memberikan pelatihan bagi mahasiswa Unusa terutama yang ingin bekerja di Jepang dan juga Arab Saudi.
“Khusus yang ingin bekerja di Jepang, akan diberi pelatihan bukan hanya bahasa tapi juga budaya dan tradisi masyarakatnya. Jadi, mahasiswa yang benar-benar ingin bekerja di Jepang sudah siap untuk bekerja karena tidak hanya keterampilan yang berkaitan dengan profesi yang digelutinya tapi mereka juga bisa berbahasa dan mengerti budaya masyarakatnya,” tutup Jazidie.(tok/tin/ipg)