Selasa, 26 November 2024

Lansia Bukan Sekadar Angka, Mereka Manusia Seutuhnya

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Ilustrasi lansia rentan menjadi korban gendam. Foto: Pixabay

Pinky Saptandari Ketua Umum Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial (BKKKS) mengatakan, dalam penelitian yang dilakukannya, mayoritas lansia menolak dianggap sebagai beban karena sebenarnya mereka masih bisa melakukan banyak hal sendiri tanpa bantuan.

Lansia harusnya tidak dibatasi ruang geraknya karena masih banyak kegiatan di luar sana yang bisa mereka lakukan.

Dia contohkan, kelompok lansia bernama Sekolah Eyang di Jember. Lansia di kelompok itu, kata Pinky, memberikan pengasuhan sosial kepada anak-anak yang orang tuanya menjadi tenaga kerja di luar negeri.

“Di Sekolah Eyang tidak hanya membahagiakan tetapi juga peduli pada anak-anak di sekitar putra-putri yang orang tuanya menjadi tenaga kerja di luar negeri. Mereka memberikan pengasuhan sosial dan misalnya membangun kepatuhan anak-anak itu. Lansia di sana tidak hanya memberdayakan diri dengan senam tapi juga pengasuhan sosial,” kata dosen antropologi di Universitas Airlangga itu kepada Radio Suara Surabaya, Minggu (24/10/2021).

“Mari kita sama-sama melihat lansia bukan sekadar angka, beliau adalah manusia seutuhnya,” Pinky melanjutkan penjelasannya.

Menurutnya, lansia ternyata bisa menjadi komunitas yang apabila mereka sehat dan berdaya, bisa memberikan kontribusi tinggi di masyarakat. Banyak pula lansia yang di usia senjanya yang melek IT.

Lansia sejahtera, kata Pinky, harus sejahtera baik secara biologis, psikis, sosiokultural, dan spiritual.

Dalam hal biologis, lansia harus kuat secara fisik. Lalu untuk sisi psikis, lansia harus semangat dan memiliki kepribadian positif. Sedangkan secara sosiokultural, lansia harus tetap bergaul dan menjaga relasi sosialnya. Lansia juga berperan dalam menjaga tradisi dan tak kalah penting yaitu spiritual.

Dia juga menjelaskan, untuk keluarga yang mendampingi lansia diperlukan adanya pembelajaran khusus karena itu bukan hal yang mudah dilakukan.

“Pendamping lansia harus belajar sabar dan menjadi pendengar yang baik karena kan memori jangka pendeknya lupa tapi jangka panjangnya enggak. Dengerin aja kalau mereka cerita,” terangnya.

Pendamping lansia juga bisa memfasilitasi apa yang menjadi kegemarannya. Seperti melihat album foto untuk mengasah memori kolektifnya.

Membahagiakan lansia bisa pula dilakukan dengan memberikan apa yang disukainya.

“Naik mobil ajak keliling kota lihat-lihat lampu udah jadi wisata. Atau bawain kue atau daster saat bepergian dari luar kota buat oleh-oleh. Kita harus survei apa kebutuhannya, jangan pernah lelah untuk mempelajari apa yang dibutuhkan karena itu masa depan kita,” kata Pinky.

Semakin tingginya angka harapan hidup lansia, tentu harus diiringi dengan pemenuhan kebutuhan nutrisi dan kesehatan, juga akses informasi.

Tak bisa dipungkiri, punya umur panjang adalah harapan semua manusia.

“Menjadi lansia adalah cita-cita dan masa depan kita. Memang ada yang pingin umurnya pendek? Karenanya ketika usia kita belum lanjut marilah jadi orang muda yang mau belajar sabar terhadap lansia karena itu adalah masa depan kita,” terang Pinky.

Tak bisa dipungkiri pula bahwa lansia ini kaya akan ilmu pengetahuan dan keterampilan serta pengalaman. Banyak hal yang bisa dipelajari dan dipetik dari kelompok usia ini.

“Jadikan mereka sosok yang berpotensi, yang punya kesejahteraan baik secara fisik maupun non fisik,” pungkasnya.(dfn/den)

Berita Terkait

Surabaya
Selasa, 26 November 2024
27o
Kurs