Laksamana TNI Yudo Margono Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) memantau tempat isolasi terpadu (isoter) Covid-19 di kawasan PT Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER).
Dia juga meninjau fasilitas oksigen yang mengalir langsung dari pabriknya, yang menurutnya sangat melengkapi sarana prasarana tempat Isoter itu.
Untuk itu, dia mengapresiasi semua pihak yang telah bahu-membahu mewujudkan rumah oksigen yang menurutnya memiliki sarana dan prasarana paling lengkap.
Antara lain TNI AL, RS Marinir Ewa Pangalila Gunungsari, Kementerian PUPR, Kementerian Kesehatan, Kementerian Perindustrian, Kementrian BUMN, Pemerintah Provinsi Jatim, Pemerintah Kota Surabaya, PT SIER dan PT Samator selaku penyuplai oksigen.
“Atas perintah Menko Marves untuk mendirikan rumah oksigen. Sebelumnya kami telah mendirikan rumah sakit darurat di Jalan Opak, Surabaya. Namun untuk fasilitas lebih baik disini, karena fasilitas oksigen terjamin 24 jam. Karena sebelahnya pabrik oksigen,” ujar Laksamana TNI Yudo, Jumat (20/8/2021).
KSAL menjelaskan, fasilitas bed di rumah oksigen ini sebanyak 76 bed. Sebanyak 40 bed untuk laki-laki dan 36 bed wanita. Sedangkan tenaga medisnya akan diambil dari RS Marinir Ewa Pangalila bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan.
“Sebagai penanggung jawab pengoperasionalannya RS Marinir Ewa Pangalila. Disini untuk pasien OTG dan ringan. Jika saat observasi sedang dan berat, langsung di bawa ke RSAL. Tadi saya juga sudah coba sendiri oksigennya. Saturasi saya 96 langsung naik menjadi 99. Oksigennya murni, jadi bagus untuk pasien darurat,” ungkapnya.
Dengan adanya rumah oksigen ini, KSAL meminta masyarakat yang positif Covid-19 dari pada isoman lebih baik isoter di rumah oksigen di kawasan SIER. Sebab selain fasilitasnya lengkap, juga akan lebih terpantau kesehatannya karena ada perawat dan dokter yang menjaganya.
“Dari pada isoman di rumah, lebih baik disini. Tapi meski begitu, saya berharap tidak ada yang kesini karena semua sehat. Sekali lagi, terima kasih Kementerian PUPR, Samator, PT SIER yang telah menyulap gedung dengan kerja Bandung Bondowoso-nya untuk pasien Covid-19,” ujarnya.
Didik Prasetiyono Direktur Operasi PT SIER mengatakan, semula gudang yang dipakai untuk rumah oksigen itu bangunan pabrik siap pakai (BPSP) yang kosong.
Karena saat itu jumlah pasien Covid-19 sangat tinggi, SIER ingin peran serta membantu pemerintah melakukan penanganan Covid-19.
“Ini bentuk keprihatinan kita saat hebohnya serangan Covid Varian Delta, banyak yang mencari oksigen karena sesak nafas. Akhirnya kami bertemu beberapa pihak termasuk dengan Pak Rachmad Harsono (Presiden Direktur dari PT Aneka Gas Industri Tbk, anak perusahaan dari Samator Group, red). Kami diskusi akhirnya sepakat untuk mendirikan rumah oksigen. Renovasi gedung dilakukan Kementerian PUPR. Untuk tenaga kesehatannya petunjuk Pak Luhut (Menko Marves) dari TNI AL,” ujarnya.
Setelah kerja keras berbagai pihak, lanjut Didik, akhirnya fasilitas semua lengkap dalam waktu tiga minggu. Terbangunnya rumah oksigen ini adalah kerja gotong royong dari semua pihak.
“Ini adalah bentuk gotong royong sesungguhnya. Kita berharap ini rumah oksigen jadi bantuan saat situasi kritis, alhamdulillah saat ini tren jumlah kasus Covid-19 menurun. Rumah oksigen ini adalah bentuk kontigensi plan, jika ada lonjakan ketiga atau ada peningkatan Covid-19 kita bisa sama-sama bahu-membahu dengan rumah sakit. Terima kasih khusus kami sampaikan kepada Pak Menko Marves, Pak Menkes, Pak Menteri PUPR, Pak Menteri BUMN, Pak KSAL, Bu Gubernur Jatim dan Pak Wali Kota Surabaya atas arahan dan bantuannya,” tandasnya.
Sementara itu, Presiden Direktur dari PT Aneka Gas Industri Tbk, Rachmad Harsono menjelaskan, oksigen yang dialirkan ke rumah oksigen ini tidak mengambil jatah rumah sakit. Tapi mengambil jatah dari industri.
“Dekatnya rumah sakit dengan pabrik oksigen ini tentu memiliki kelebihan. Salah satunya adalah pengiriman oksigen yang lebih dekat. Jika full 76 bed, oksigen yang dibutuhkan sebanyak 100 meter kubik. Jumlah ini tidak terlalu besar dibanding kapasitas yang kami punyai, mengambil jatah industri tapi aman,” ujarnya.
Menurut Rachmad, pabriknya saat ini menambah mesin baru dengan kapasitas 15 ton per hari. Dengan ada tambahan ini, kelangkaan oksigen seperti yang pernah terjadi beberapa waktu lalu tidak terjadi lagi.
“Saat di Jatim ada kelangkaan oksigen, kami mengambil dari Jawa Barat dan luar Jawa. Setelah ini semoga tidak ada lagi kelangkaan oksigen,” ujarnya.(den)