“Dengan memohon Ridho dari Tuhan Yang Maha Kuasa, KRI Sorong dengan Nomor Lambung 911, secara resmi saya nyatakan selesai dari Dinas Aktif TNI AL.“
Demikian sepenggal kalimat yang disampaikan dengan rasa haru bercampur bangga oleh Laksamana Muda TNI Iwan Isnurwanto Pangkoarmada II pada Upacara Pelepasan KRI Sorong-911 dari Dinas aktif TNI AL dengan ditandai penurunan Bendera Ular-ular Perang dan penurunan Bendera Merah Putih dari atas KRI Sorong-911 yang dilaksanakan di Dermaga Madura, Ujung, Surabaya pada Rabu (27/10/2021).
KRI Sorong-911 merupakan jenis kapal bantu cair minyak yang dibuat digalangan Trogir Shipyard, Yugoslavia pada tahun 1964 dengan panjang 112 m dan lebar 15,4 m. Memiliki kapasitas bahan bakar sebanyak 3.000 Ton yang digunakan untuk melaksanakan tugas yang diberikan oleh TNI AL. KRI Sorong-911 diambil dari sebuah nama kota di Papua yang merupakan pintu gerbang dan masuk ke Papua melalui arah barat dan merupakan kota penting pada waktu perebutan Irian Jaya karena letaknya strategis dan mempunyai minyak yang cukup besar.
Pada tahun 1965, KRI Sorong-911 diresmikan sebagai Kapal Perang Indonesia untuk memperkuat Armada RI dalam menjaga keutuhan wilayah Kesatuan Republik Indonesia. Sejak diresmikan pada tanggal 10 Mei 1965, maka statusnya resmi menjadi Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) dimana pembinaanya dibawah jajaran Satuan Kapal Bantu (Satban) Komando Armada RI Kawasan Timur.
Dalam pengabdiannya KRI Sorong-911 telah sukses melaksanakan beberapa operasi diantaranya, pada tahun 1965 KRI Sorong-911 melaksanakan operasi Dwi Warna, Operasi Irian Barat tahun 1965, Operasi Gunung Merapi tahun 1973, Operasi Seroja Timor Timur tahun 1978, Operasi Philindo pada tahun 1979, Operasi Tameng Hiu Tahun 2010 serta Operasi Kanal Cidkaya tahun 2017.
Laksamana Muda Iwan menyampaikan bahwa KRI Sorong-911 telah memasuki masa Purna Bhakti di TNI AL, dengan menjadi unsur Satuan Kapal Bantu Koarmada II. KRI Sorong-911 telah memberikan banyak kontribusi dalam memperkuat Armada RI dalam menjaga keutuhan NKRI diantaranya yaitu Operasi Militer Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP) dalam mendukung tugas TNI AL Bangsa dan Negara Republik Indonesia.
“Keberadaan KRI Sorong-911 telah banyak memberikan andil terhadap keberhasilan pelaksanaan tugas TNI AL. Namun kita menyadari bahwa berdasarkan pertimbangan strategis, teknis dan ekonomis KRI ini dirasakan sudah tidak layak lagi untuk dioperasikan, secara strategis KRI ini tidak mampu lagi untuk menjawab tantangan yang berkembang pada saat ini, yang diperlukan dalam rangka pemeliharaan dan perbaikan, akan menjadi semakin tinggi dan sangat tidak sebanding dengan hasil operasi yang diharapkan, serta risiko-risiko yang akan dihadapi,” katanya
“Harus kita akui, bahwa semua prestasi yang telah dicapai KRI Sorong-911,hanya dapat dicapai melalui kerja keras, dedikasi, loyalitas, tanggung jawab serta profesionalisme seluruh ABK. Kinerja ABK KRI tersebut merupakan hasil pembinaan Panjang sejak kapal ini pertama kali masuk jajaran TNI AL hingga saat ini. Sehingga sampai diusia yang ke 56 tahun KRI Sorong-911 mampu mendukung tugas-tugas operasi TNI AL, 56 tahun bukanlah waktu yang singkat, untuk itu kepada seluruh mantan Komandan, mantan Prajurit, maupun para prajurit yang saat ini masih bertugas di KRI Sorong-911 tersebut, atas nama pemimpin TNI AL dan seluruh jajaran, saya ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya, pengabdian KRI Sorong-911 akan tercatat dalam sejarah panjang TNI AL yang akan terus maju dan berkembang,” pungkas Pangkoarmada II.(tok/tin/iss)